PENGEMBANGAN
PROGRAM
I.
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah
proses perubahan perilaku atau kepribadian seseorang berdasarkan praktek dan
pengalaman tertentu. Sehingga proses pembelajaran itu harus
membawa perubahan pada orang yang belajar dari berbagai aspeknya, baik
pengetahuan, keterampilan maupun sikap secara utuh.
Pendidikan secara umum
yang berlangsung sampai saat ini, menurut berbagai kalangan masih terkesan
“hanya” dipersipakan untuk menjawab soal-soal ujian terutama UAN/UN. Dalam proses
pembelajaran juga sering terlihat, anak didik lebih banyak diberi tahu oleh
gurunya melalui ceramah dan bukan mencari tahu sendiri. Praktek-praktek di atas
menjadikan pembelajaran yang berlangsung seperti tidak bermakna, tidak mendidik
dan tidak menjadikan siswa/siswi aktif, kreatif dan inovatif sesuai dengan harapan.
Dalam proses pembelajaran, pendidikan agama Islam juga masih terpaku pada
model konvensional yang lebih menekankan penggunaan metode ceramah, cenderung
monolog dan doktrinatif. sehingga pendidikan lebih merupakan sebagai pengayaan
individu pendidik saja. Padahal, peserta didik yang telah mempunyai potensi
agama (sense of religion) perlu dikembangkan melalui proses perenungan
yang dalam dan proses dialogis yang produktif dan kritis.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Bagaimana
pengembangan program?
B. Bagaimana
saran agar implementasi sukses?
C. Bagaimana
pelaksanaan pembelajaran?
D. Bagaimana
konsep dan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengembangan
program
Pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) mencakup pengembangan program tahunan, program
semester, program modul (pokok bahasan), program mingguan dan harian, program
pengayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling.[1]
1.
Program tahunan
Program tahunan
merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang
dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program ini perlu
dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan
pedoman bagi pengembangan program-programberikutnya, yakni program semester, program
mingguan, dan program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan,
yang dalam KBK dikenal modul.
Sumber-sumber yang
dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan antara lain:
a.
Daftar
kompetensi standar (standar competency)
sebagai konsensus nasional, yang dikembangkan dalam buku daris-garis besar
program pengajaran (GBPP) setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan.
b.
Skope dan
sekuensi setiap kompetensi. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan
materi pembelajaran. Materi pembelajaran tersebut disusun dalam pokok-pokok
bahasan dan sub-sub pokok bahasan, yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan
kompetensi dan tujuan pembelajaran. Pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok
bahasan tersebut harus jelas skope dan sekuensinya. Skope adalah ruang lingkup
dan batasan-batasan keluasan setiap pokok dan sub pokok bahasan, sedangkan
sekuensi adalah urutan logis dari setiap pokok dan sub pokok bahasan.
c.
Kalender
pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu
pada efesiensi, efektifitas, dan hak-hak peserta didik. Dalam kalender
pendidikan dapat kita lihat berapa jam waktu efektif yang dapat digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, termasuk waktu libur, dan lain-lain. Dengan demikian,
dalam menyusun program tahunan perlu memperhatikan kalender pendidikan. Hari
belajar efektif dalam satu tahun pelajaran dilaksanakan dengan menggunakan
sistem semester (satu tahun pelajaran terdiri atas dua kelompok penyelenggaraan
pendidikan) yang terdiri atas 34 minggu.
d.
Berdasarkan
sumber-sumber tersebut, dapat ditetapkan dan dikembangkan jumlah kompetensi,
pokok bahasan dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pokok dan sub pokok
bahasan, jumlah ulangan, baik ulangan umum maupun ulangan harian, dan jumlah
waktu cadangan.
2.
Program semester
Program semester
berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan
dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari
program tahunan.Pada umunya program semester ini berisikan tentang bulan, pokok
bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan
keterangan-keterangan.
3.
Program modul
(pokok bahasan)
Program modul atau
pokok bahasan pada umunya dikembangkan dari setiap kompetensi dan pokok bahasan
yang akan disampaikan. Program ini merupakan penjabaran dari program semester.
Pada umunya modul berisikan tentang lembar kegiatan peserta didik, lembar
kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban.
Dengan demikian, peserta didik bisa belajar mandiri, tidah harus disampingi
oleh guru, kegiatan guru cukup menyiapkan modul, dan membantu peserta yang
menghadapi kesulitan belajar.
4.
Program mingguan
dan harian
Untuk membantu kemajuan
belajar peserta didik, di samping modul perlu dikembangkan program mingguan dan
harian. Program ini merupakan penjabaran dari program semester dan program
modul. Melalui program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan
yang perlu diulang, bagi setiap peserta didik.
Melalui program ini
juga diidentifikasi kemajuan belajar setiap peserta didik, sehingga dapat
diketahui peserta didik yang mendapat kesulitan dalam setiap modul yang
dikerjakan, dan peserta didik yang memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata
kelas. Bagi peseta didik yang cepat bisa diberikan pengayaan, sedang bagi yang
lambat dilakukan pengulangan modul untuk mencapai tujuan yang belum dicapai
dengan menggunakan waktu cadangan.
5.
Program
pengayaan dan remedial
Program ini merupakan
pelengkap dan penjabaran dari program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil
analisis terhadap kegiatan belajar, dan terhadap tugas-rugas modul, hasil tes,
dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemajuan belajar setiap peserta didik.
Hasil analisis ini dipadukan dengan catatan-catatan yang ada pada program
mingguan dan harian, untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga mengidentifikasi modul
yang perlu diulang, peserta didik yang wajib mengikuti remedial, dan yang
mengikuti program pengayaan.
Berdasarkan teori
belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia
mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran
minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas
dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai
minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peseta didik yang ada di kelas
tersebut.
Sekolah perlu
memberikan perlakukan khusus terhadap peserta didik yang mendapat kesulitan
belajar melalui kegiatan remedial. Peserta didik yang cemerlang diberikan
kesempatan untuk tetap mempertahankan kecepatan belajarnya melalui kegiatan
pengayaan. Kedua program itu dilakukan oleh sekolah karena lebih mengetahui dan
memahami kemajuan belajar setiap peserta didik.
6.
Program
bimbingan dan konseling pendidikan
Sekolah berkewajiban
memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang menyangkut
pribadi, sosial, belajar, dan karier. Selain guru membimbing, guru mata
pelajaran yang memenuhi kriteria pelayanan bimbingan dan karir diperkenankan
memfungsikan diri sebagai guru pembimbing. Oleh karena itu, guru mata pelajaran
harus senantiasa berdiskusi dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan
konseling secara rutin dan berkesinambungan.
B.
Beberapa
saran agar implementasi sukses
Dalam pengimplementasianya
kurikulum 2013 ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berpengaruh satu dengan yang lainya. Maka sebenarnya kesuksesan implementasi
ini harus didukung oleh semua pihak tak terkecuali sekolah sebagai eksekutor
utama. Mulyasa dalam bukunya pengembangan dan implementasi kurikulum 2013
menyebutkan ada delapan kunci sukses 2013 yaitu :[2]
1.
Kepemimpinan kepala sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah sangat
menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 karena kepala sekolah
memiliki tugas utamanya dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan
semua sumberdaya pendidikan yang tersedia. Kurikulum 2013 nmenuntut kepala
sekolah yang mandiri, demokratis, dan professional harus berusaha menanamkan,
memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan,
mental, moral, fisik, dan artisitik.
2.
Kreativitas guru
Kunci
implementasi kurikulum 2013 yang ke dua adalah kreativitas guru, karena guru
merupakan factor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan
keberhasilan peserta didik dalam belajar. Guru diperlukan agar menjadi
fasilitator dan mitra belajar peserta didik, tugas guru tidak hanya menyampaikan
informasi kepada peserta didik tapi harus kreatif memberikan layanan dan
kemudahan belajar (facilitate learning) .
3.
Aktivitas peserta didik
Kunci sekses
ketiga yang menentukan keberhasilan implimentasi Kurikulum 2013 adalah
aktivitas peserta didik. Dalam rangka mendorong dan mengembangkan aktivitas
peserta didik, guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik, terutama disiplin
diri. Guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya,
meningkatkan standar perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat penegak
disiplin dalam setiap aktivitasnya.
Menurut
pendapat Reisman dan Payne dapat dikemukakan 9 strategi untuk mendisiplinkan
peserta didik:
1.
Konsep diri (self-concept). strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep masing-masing
individu merupakan factor yang penting dari setiap perilaku, maka guru harus
bersikap empatik, hangat dan terbuka sehingga peserta didik dapat
mengeksplorasikan pikiran dan perasaanya dalam memecahkan masalah.
2.
Ketrampilan berkomunikasi (communication skill) , mampu meneriama
semua perasaan dan mendorong timnulnya kepatuhan peserta didik.
3.
Konsekwensi-konsekwensi logis dan
alami (natural and logical consequences) perilaku
perilaku yang salah karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan
terhadap dirinya.
4.
Klarifikasi nilai (value clarification) perilaku dilakukan
untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaan tentang nilai-nilai dan
membentuk system nilainya sendiri.
5.
Analisis transaksional (transactional analysis) guru blajar
sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang
menghadapi masalah
6.
Terapi realitas (reality therapy) sekolah harus berupaya menangani kegagalan dan
meningkatkan keterlibatan.
7.
Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline) metode ini menekankan
pengadilan penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.
8.
Modifikasi perilaku (behavior modification) perilaku salah
disebabkan oleh lingkungan sebagai tindakan remidiasi perlu diciptakan
lingkungan yang kondunsif.
9.
Tantangan bagi disiplin (dare to discipline) guru diharapkan
cekatan sangat teroganisasi dan dalam pengadilan yang tegas.
4.
Sosialisasi kurikulum 2013
Sosialisasi
dalam kurikulum 2013 sangatlah penting dilakukan agar semua pihak yang terkait
dalam implementasinya di lapangan paham dengan perubahan yang harus sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing sehingga mereka memberikan
dukungan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan.
Pihak-pihak
yang terkait dalam implementasi kurikulum 2013 adalah seluruh warga sekolah,
bahkan seluruh masyarakat dan orang tua peserta didik. Sosialisasi ini bisa
dilakukan oleh jajaran pendidikan di pemerintah pusat atau pemerintah daerah
secara proposional dan professional. Ditingkat sekolah sosialisasi bisa
langsung oleh kepala sekolah yang sudah memahaminya namun kalau belum paham
bisa mendatangkat pakar atau ahli dari kalangan pemerintah maupun masyarakat.
Sosialisasi juga dihadirkan komite sekolah dan orang tua murid untuk
mendapatkan masukan, dukungan dan pertimbangan tentang implementasi kurikulum.
Setelah
sosialisasi kemudian mengadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan dan komite sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan
dari berbagai pihak dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013.
5.
Fasilitas dan sumber belajar
Fasilitas
dan sumber belajar yang ada di sekolah berbeda-beda satu dengan yang lain. Hal
ini menjadi factor penting dalam implementasi kurikulum 2013, maka tak heran
ketika dalam implementasinya tidak semua sekolah langsung dijadikan sebagai
sekolah implementasi kurikulum 2013 ini. Fasilitas dan sumber belajar memang
bukan hal utama, namun hal yang sangat penting disamping factor-faktor yang
lain. Apa saja fasilitas dan sumber beajar itu? Berikut penjabarannya.
Menurut
Mulyasa Fasilitas dan sumber belajar yang harus dikembangkan antara lain 1)
laboratorium, 2)buku ajar, 3)pusat sumber belajar, 4)perpustakaan, dan 5)tenaga
pengelola dan kemampuan pengelolanya. Terkait dengan tenaga pengelola dan
kemampuan pengelola, salah satu contohnya adalah kapasitas dan kreatifitas
guru. Guru diharapkan mampu mengkonstruksi sumber belajar untuk siswa pun juga
dengan alat pembelajaran dan alat peraga. Alat pembelajaran dan alat peraga
diharapkan mampu diciptakan sendiri oleh guru melalui pemanfaatan lingkungan
sekitar. Adapun contoh pemanfaatan lingkungan sekitar seperti batu, daun,
tanah, tumbuhan, keadaan alam, kondisi pasar dan segala sesuatu yang berada
dilingkungan kita yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.
Kaitannya
dengan fasilitas dan sumber belajar, Mulyasa mengelompokkan menjadi dua yaitu
1)sumber yang direncanakan (by design)
dan 2)sumber yang sudah ada dan tinggal memanfaatkan (By untilization). Kedu sumber ini harus dapat dimaksimalkan agar
implemenasi kurikulum 2013 dapat sukses.
Contoh
sumber yang direncanakan adalah buku ajar. Mulyasa memberikan saran kepada
orang tua untuk menggunakan buku ajar yang dapat diturunkan untuk saudara (adik
kelas) ataupun tentagga sehingga problemaikan ekonomi masyarakat yang masih
menengah kebawah dapat teratasi. Selain itu guru juga disarankan agar peserta
didik membeli buku wajib, baru kemudian buku penunjang.[3]
Point
penting lainnya yang harus diperhatikan untuk menggunakan fasilitas dan sumber
belajar adalah kesesuaian fasilitas dan sumber terhadap kompetensi yang ingin
dicapai. Sehingga disini guru dituntut
kreatif untuk dapat menggunakan fasilitas dan sumber belajar yang tepat
sehingga siswa tercapai kompetensi yang diharapkan.
6.
Lingkungan yang kondusif akademik
Lingkunan
yang kondusif akademik maksudnya adalah lingkungan baik fisik maupun non fisik
yang dapat menciptakan suasana aman, nyaman, tertib, optimis, tertib dan bersih
yang dapat meningkatkan nafsu, gairah dan semangat belajar. Lingkungan yang
kondusif akademik akan menciptkan iklim belajar yang baik sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Sebaliknya jika iklim belajar itu kurang baik maka
akan tercipta pembelajaran yang menjenuhkan, membosankan dan tidak
menyenangkan. pengkondisian lingkungan yang kondusif akaemik ini penting dan
menjadi tanggungjawab bersama.
Lingkungan
yang kondusif akademik berupa fisik seperti 1)kondisi lingkungan, 2)aroma
lingkungan, 3)warna pada lingkungan sekitar termasuk warna cat yang digunakan,
4)penerangan dalam ruang kelas, dan 5)kebersihan hendaknya benar-benar
diperhatikan dan diupayakan. Mulyasa (2013) mengungkapkan bahwa factor-faktro
diatas mampu mempengaruhi semangat beajar siswa. Misalnya warna gelap cenderung
menghadirkan mood yang kurang semangat, sedangkan warna cerah mampu menghadirkan
suasana yang lebih bersemangat dan menggairahkan. Beitu juga dengan kondisi
pencahayaan, ruangan yang terlalu terang dan silau dapat menganggu konsentrasi,
sedangkan ruangan yang terlalu geap dapat membuat semangat menurun. Semua itu
harus dirancang dan direkayasa sehingga lingkungan dapat mendukung
implementasikurikulum 2013.
Aspek
lingkungan non fisik yang dimaksud adalah aspek psikologis, bisa Antara siswa
dengan siswa dan bisa juga Antara guru dengan siswa. maka disini guru harus
bisa menciptakan lingkungan nonfisik yang dapat membuat peserta didik nyaman.
Mulyasa (2013) memberikan beberapa tips dan trik diantaranya yaitu:
1. Memberikan
pilihan kepada peserta didik yang cepat berpikirnya dan yang lambat brpikirnya
dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
2. Memberikan
tugas remedial kepada siswa yang kurang berpresasi.
3. Mengembangkan
organisasi kelas yang lebih efektif dan menarik.
4. Menciptakan
suasana saling menghargai dalam kelas.
5. Melibatkan
siswa dalam prses perencanaan belajar dan pembelajaran agar siswa merasa ikut
bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
7. Partisipasi warga sekolah
Partisipasi
warga sekolah yang perlu ditekankan adalah partisipasi tenaga kepandidikan.
Partisipasi tenaga kependidikan sangat dipengaruhi oleh kinerja kepala sekolah.
karena dalam hal ini kepala sekolah harus mampu meningkatkan produktifitas dan
peningkatan kinerja tenaga kependidikan.
Ada tujuh
kegiatan utama dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kependidikan yaitu
1)perencanaan tenaga kependidikan, 2) Pengadaan tenaga kependidikan,
3)pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan, 4)promosi dan mutasi,
5)pemberhentian tenaga kependidikan, 6)kompensasi, dan 7)penilaian tenaga
kependidikan.
C.
Pelaksanaan
pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut
banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor interaksi yang datang
dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.[4]
Dalam pembelajaran,
tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umunya pelaksanaan
pembelajaran mencakup tiga hal: pre tes, proses, dan post tes. Ketiga hal
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1.
Pre tes (tes
awal)
Pada umunya pelaksanaan
proses pembelajaran dimulai dengan pre tes. Pre tes ini memiliki banyak
kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh
karena itu pre tas memegang peranan yang cukup penting dalam proses
pembelajaran. Fungsi pre tes ini antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Untuk menyiapkan
peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes maka pikiran mereka
akan berfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/kerjakan.
b.
Untuk mengetahui
tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang
dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pre tes dengan
post tes.
c.
Untuk mengetahui
kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai bahan ajaran yang
akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.
d.
Untuk mengetahui
darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah
dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan
dan perhatian khusus.
Untuk mencapai fungsi
yang ketiga dan keempat maka hasil pre tes harus segera diperiksa, sebelum
pelaksanaan proses pembelajaran ini dilaksanakan (sebelum siswa mempelajari
modul), pemeriksaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat, jangan sampai
mengganggu suasana belajar, dan jangan sampai mengalihkan perhatian peserta
didik. Untuk itu, pada waktu memeriksa pre tes perlu diberikan kegiatan lain,
misalnya, membaca hand out, atau text books. Dalam hal ini ini pre tes
sebaiknya dilakukan secara tertulis, meskipun bisa saja dilaksanakan secara
lisan atau perbuatan.
2.
Proses kegiatan
ini dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni sebagaimana tujuan-tujuan
belajar direalisasikan melalui modul. Proses pembelajaran perlu dilakukan
dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan
kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses
pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara
aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
Kualitas pembelajaran
dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses,
pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau
setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peseta didik terlibat secara aktif, baik
fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan
kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya
pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta
didik selurunya atau setidak tidaknya sebagaian besar (75%). Lebih lanjut
proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata,
menghasilkan otuput yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.
3. Post
test
Pada umunya pelaksanaan
pembelajaran diakhiri dengan post tes. Sama halnya dengan pre tes, post tes
juga memiliki banyak kegunaan,terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran.
Fungsi post tes antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Untuk
mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah
ditentukan, baik secara individu maupun kelompok.
b. Untuk
mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik.
c. Untuk
mengetahui peseta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan peserta
didik yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat
kesulitan dalam mengerjakan modul (kesulitan belajar).
d. Sebagai
bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen modul, dan
proses pembelajaran yang dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan
maupun evaluasi.
D.
Konsep
dan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI
Pendekatan adalah konsep dasar yang
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana
metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu
banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode.
Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatar
belakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang
ilmiah.
Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific
teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan
pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode
ilmiah. Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak
hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan
observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam
berinovasi atau berkarya.
Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami beberapa materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,
kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didi
dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi.[5]
Kondisi pembelajaran
pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah
(dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab
saja. Proses pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis
(peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berfikir
mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghafal semata.
Menurut majalah forum
kebijakan ilmiah yang terbit di Amerik pada tahun 2004 sebagaimana dikutip
wikipedia menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran
siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berfikir dan penggunaaan
metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang
bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi perbedaan
kemampuan siswa.
Pada penerbitan
berikutnya pada tahun 2007 dinyatakan bahwa penerapan pendekatan saitifik dalam
pembelajaran harus memenuhi tiga prinsip utama:
a.
Belajar siswa
aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based
learning atau belajar berbasis
penelitian, koperatip learning atau
belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa
b.
Assessment
berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang di bandingkan dengan target
pencapaian tujuan belajar
c.
Keberagaman
mengandung makna bawah dalam pendekatan ilmunya mengembangkan pendekatan
keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik,
termasuk keunikan dari kopetensi, materi, intruktur, pendekatan dan metode
mengajar, serta konteks.
Dalam berbagai pandangan para ahli,
pembelajaran yang berlangsung saat ini terkesan masih lebih banyak dipersipakan
untuk ujian semata, sehingga dalam prosesnya sering terlihat, peserta didik
lebih banyak diberi tahu oleh gurunya bukan mencari tahu sendiri.
Pembelajaran seperti
ini terjadi baik di sekolah maupun di madrasah. Pendidikan Agama Islam (PAI) sendiripun masih belum bisa mengembangkan
potensi afektif dan psikomotorik siswa secara maksimal, karena pembelajarn PAI
lebih banyak berkutat pada kisaran kognitif. Pendidikan agama masih dilihat
dari dimensi ritual saja dan jauh dari pengayaan spiritual, etik dan moral
sehingga peserta didik secara verbal dapat memahami ajaran Islam serta terampil
melaksanakannya, akan tetapi kurang menghayati kedalaman maknanya.
Dalam proses
pembelajaran PAI di sekolah, juga masih terpaku pada model konvensional yang
lebih menekankan pada ceramah yang monolog dan doktrinatif. Praktek-praktek di
atas menjadikan pembelajaran yang berlangsung seperti tidak bermakna, tidak
mendidik dan tidak menjadikan siswa/siswi aktif, kreatif dan inovatif sesuai dengan harapan.
Solusi hal
ini antara lain, perlunya alternatif dan strategi baru seperti pembelajaran
dengan pendekatan contextual teaching learning, inquiry, problem
solving dan active learning diterapkan. Dengan demikian, peserta
didik dibiarkan melakukan perambahan intelektual sendiri, sehingga menemukan
dalam dirinya kedewasaan dalam beragama, baik dalam hal afeksi religiusnya
maupun dimensi intelektualnya.
Dengan berlakunya kurikulum 2013
yang mulai dilaunching pada juli tahun lalu, pemerintah nantinya ingin mecetak
SDM-SDM yang tidak hanya cerdas, tetapi juga kreatif dan memiliki sikap yang
baik/bijak. Lulusan seperti itu sangat
ditentukan oleh proses pendidikan yang dilaluinya. Oleh karena itu, akhirnya
pemerintah mengeluarkan aturan terbaru tentang standar proses pendidikan dasar
dan menengah melalui Permendikbud nomor 65 tahun 2013 yang menegaskan bahwa
proses pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah
menggunakan pendekatan scientifik (scientific approach) sehingga
diharapkan peserta didik menjadi lebih kreatif dan inovatif ke depannya.
IV.
KESIMPULAN
Pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mencakup pengembangan program tahunan,
program semester, program modul (pokok bahasan), program mingguan dan harian,
program pengayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling.
Mulyasa
dalam bukunya pengembangan dan implementasi kurikulum 2013 menyebutkan ada
delapan kunci sukses 2013 yaitu : kepemimpinan kepalasekolah, kreatifitas guru,
aktivitas peserta didik, sosialisasi kurikulum 2013, fasilitas dan sumber belajar,
lingkungan yang kondusif akademik, dan partisipasi warga sekolah.
Dalam
pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan
agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umunya
pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pre tes, proses, dan post tes.
Menurut
majalah forum kebijakan ilmiah yang terbit di Amerik pada tahun 2004
sebagaimana dikutip wikipedia menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup
strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses
berfikir dan penggunaaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat
membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu
guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat kami paparkan. Kami menyadari makalah yang kami paparkan
terdapat kekurangan-kekurangan, karena kami menyadari kesempurnaan hanyalah
milik-nya. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
[1] Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2006), hlm. 95-100
[2]
Rusman, Manajemen Kurikulum, (jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009), hlm. 74-77
[3]
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 177
[4]
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep
Karakteristik dan Implementasi,,,,hlm. 100-103
[5]
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoretis
dan Praktek, (Bandung: Interes Media, 2014), hlm. 95-97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar