MANAJEMEN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan agama islam.
Dengan berbagai jalur dan bentuk yang ada seperti, pada jalur pendidikan formal
ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk madrasah ibtidaiyah (MI) dan
madrasah tsanawiyah (MTS), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk
madrasah aliyah (MA) dan madrasah aliyah kejuruan (MAK). Dan pada jenjang
pendidikan tinggi terdapat begitu banyak perguruan tinggi Agama islam (PTAI)
dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk akademi, sekolah tinggi, institut,
dan universitas.
Pada jalur pendidikan
non formal seperti kelompok bermain, taman penitipan anak (TPA)majelis ta’lim,
pesantren dan madrasah diniyah. Jalur pendidikan informal seperti pendidikan
yang diselenggarakan oleh lingkungan. Semuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen
yang sebaik-baiknya.
Karena manajemen adalah
hal suatu penting yang menyentuh, mempengaruhi dan bahkan merasuki hampir
seluruh aspek kehidupan manusia . Juga telah dimengerti bahwa dengan manajemen,
manusia mampu mengenali kemampuannya , kelebihan, dan kekurangannya. Manajemen
menunjukkan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan.[1]
Manajemen dibutuhkan
oleh setiap organisasi, jika seorang manajer mempunyai pengetahuan tentang
manajemen dan mengetahui bagaimana menerapkannya, maka dia akan dapat
melaksanakan fungsi manajerial secara efektif dan efisien.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa pengertian
manajemen dalam pendidikan islam?
B.
Bagaimana
fungsi-fungsi manajemen dalam pendidikan islam?
III.
PEMBAHASAN
A.
Manajemen
dalam Pendidikan Islam
Manajemen pendidikan
islam Dari segi bahasa manaejemn berasal dari bahasa inggris yang merupakan
terjemahan langsung dari kata management yang berarti penggelolaan, ketata
laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus inggris indonesia karangan
john m. Echols dan hasan shadily management berasal dari akar kata to manage
yang berarti mengatur, melaksanakan, menggelola dan memperlakukan.
Sementara manajemen
menurut istilah adalah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja
sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan melalui orang lain.
Sedangkan sondang p siagian mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui
kegiatan orang lain.
Bila kita perhatikan kedua
pengertian manajemen di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan
sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan
bekerjasama dengannya. Agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif,
effesien, dan produktif.
Sedangkan pendidikan
islam merupakan proses nilai-nilai islam kepada peserta didik sebagai bekal
untuk menjumpai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan diakhirat.[2]
Dengan demikian maka
yang disebut dengan manajemen pendidikan islam sebagaimana dinyatakan ramayalis
adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki ummat islam, lembaga
pendidikan baik perangkat keras maupun lunak.
Pemanfaatan tersebut
dilakukan melalui kerja sama dengan orang lain secara efektif, efisien dan
produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di
akhirat.
Selain manajemen
dipandang sebagai ilmu dan seni, manajemen juga dapat dikatakan sebagai profesi
karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai prestasi manajer
yang diikat dengan kode etik dan dituntut untuk bekerja secara profesional.
Seorang profesional menurut robert L. Katz harus mempunyai kemampuan, sosial
(hubungan manusiawi), dan teknikal. Kemampuan konsep adalah kemampuan
mempersepsi organisasi sebagai suatu sistem, memahami perubahan pada setiap
bagian yang berpengaruh terhadap keseluruhan organisasi, kemampuan
mengkoordinasi semua kegiatan dan kepentingan organisasi. Kemampuan sosial atau
hubungan manusiawi diperlihatkan agar manajer mampu bekerja sama dan memimpin kelompoknya
dan memahami anggota sebagai individu kelompok. Adapun kemampuan teknik
berkaitan erat dengan kemampuan yang dimiliki manajer dalam menggunaka alat,
prosedur dan teknik bidang khusus, seperti halnya teknik dalam perencanaan
program, anggaran, program pendidikan dan sebagainya.
Manajemen dapat
dikatakan sebagai profesi karena diperlukan keahlian khusus yang harus dimiliki
oleh manajer dan dituntut untuk bekerja secara profesional serta mampu menumbuh
kembangkan profesionalitasnya baik melalui pendidikan maupun latihan. Oleh
karena itu, seorang manajer harus membekali diri dengan kemampuan konseptual
yang berkaitan dengan planning,
organizing, actuating, dan controlling (POAC) serta kemampuan sosial yang
mengatur tentang hubungan manusiawi sehingga mampu menerapkan gaya kepemimpinan
yang tepat dalam berbagai situasi dan kondisi, dan kemampuan teknis yang dapat
mendukung dalam pelaksanaan program yang dijalankan.
Manajemen pendidikan
islam dapat dirumuskan sebagai suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga
pendidikan islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan non manusia
dalam menggerakkannya untuk mecapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan
efisien.
Manajemem yang tidak
efektif, yaitu manajemen yang tidak berhasil memenuhi tujuan. Manajemen yang”
efektif tetapi tidak efisien” , yaitu manajemen yang berhasil mencapai
tujuannya tetapi melalui penghamburan atau pemborosan (tenaga, waktu dan
biaya). Sedangkan manajemen yang efisien adalah manajemen yang berhasil
mencapai sasarannya dengan sempurna, cepat, tepat dan selamat.
Suatu pekerjaaan
dikatakan efektif ialah kalau pekerjaan itu memberi hasil yang sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan semula, dengan kata lain kalau pekerjaan itu sudah
mampu merealisasikan tujuan lembaga pendidikan islam dalam aspek yang
dikerjakan dalam hal ini yang melaksanakan pekerjaan itu adalah manajer.
Efektifitas manajer hanya bisa berwujud bila manajer mampu melaksanakan
perannya sebagai manajer untuk mencapai tujuan pendidikan islam yang telah
ditetapkan.
Raddin memberikan
beberapa gambaran tentang perilaku manajer yang efektif. Perilaku tersebut
antara lain: 1) mengembangkan potensi
para bawahan, 2) tahu tentang apa yang diinginkan dan giat mengejarnya,
memiliki motivasi yang tinggi, 3) memperlakukan bawahan secara berbeda-beda
sesuai dengan individunya, 4) bertindak secara tim manajer. Seorang manajer
tidak hanya memanfaatkan tenaga bawahannya yang sudah ahli atau terampil demi
kelancaran organisasi yang dia pimpin saja, melainkan juga seharusnya memberikan
kesempatan bahkan mengimbau atau memberi jalan agar para bawahan dapat
meningkatkan keahlian atau keterampilannya. Dengan cara ini mutu lembaga
pendidikan islam akan semakin meningkat.
Manajer pendidikan
islam pada umumnya hanya tahu apa tugas mereka agar proses pendidiakan dapat
berlangsung terus, namun jarang di antara mereka yang tahu bagaimana bertindak
menghadapi perubahan-perubahan yang terus berlangsung. Jarang yang mampu
mengantisipasi perubahan yang bakal terjadi di masyarakat pada umumnya dan dalam
dunia pendidikan islam khususnya. Jarang di antara mereka yang berinovasi,
memasang srategi baru hasil antisipasi mereka. Pada umumnya mereka tenggelam
dalam tugas-tugas rutin demi lancarnya gerak roda organisasi dan kesuksesan
tugas rutin inilah yang mereka kejar.
Dalam manajemen
pendidiakn islam memiliki implikasi. Implikasi yang saling terakait dan
membentuk satu kesatuan sistem dalam manajemen pendidikan islam. [3]
Pertama,
proses
pengelolaan lembaga pendidikan secara islami. Aspek ini menghendaki adanya
muatan-muatan nilai islam dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam.
Misalnya, penekanan pada penghargaan, maslahat, kualitas, kemajuan, dan
pemberdayaan. Selanjutnya, upaya pengelolaan itu diupayakan bersandar pada
pesan-pesan Al-Qur’an dan hadis agar selau dapat menjaga sifat islami.
Kedua,
Proses pengelolaan lembaga pendidikan islam. Hal ini menunjukkan objek dari
manajemen ini yang secara khusus diarahkan untuk menangani lembaga pendidikan
islam dengan segala keunikannya. Maka, manajemen ini bisa memaparkan cara-cara
pengelolaan pesantren, madrasah, perguruan tinggi islam, dan sebagainya.
Ketiga,
proses
pengelolaan lembaga pendidikan islam selama sesuai dengan nilai-nilai isalam.
Keempat,
dengan cara menyiasati. Frase ini mengandung strategi yang menjadi salah satu
tujuan untuk mengelola lembaga pendidikan umum, tetapi bisa jadi berbeda sama
sekali lantaran adanya situasi khusus yang dihadapi lembaga pe ndidikan islam.
Kelima,
sumber-sumber
belajar dan hal-hal lain yang terkait. Sumber belajar di sini memiliki cakupan
yang cukup luas, yaitu: 1) manusia, yang meliputi guru/ ustadz/ dosen/ siswa/
santri/ mahasiswa, para pegawai, dan para pengurus yayasan. 2) Bahan, yang
meliputi perpustakaan, buku paket ajar, dan sebagainya. 3) lingkungan,
merupakan segala hal yang mengarah pada masyarakat. 4) Alat dan peralatan,
seperti laboratorium, dan 5) Aktivitas. Adapun hal-hal lain yang terkait bisa
berupa keadaan sosio-politik, sosio-kultural, sosio-ekonomik, maupun
sosio-religius yang di hadapi oleh lembaga pendidikan Islam.
Keenam,
tujuan pendidikan islam. Hal ini merupakan arah kegiatan pengelolaan pendidikan
islam sehingga tujuan ini sangat mempengaruhi komponen-komponen lainnya, bahkan
mengendalikannya.
Ketujuh,
efektif
dan efesien. Maksudnya, berhasil guna dan berdaya guna. Artinya, manajemen yang
berhasil mencapai tujuan dengan penghematan tenaga, waktu, dan biaya.[4]
Ditinjau dari
perspektif sistem filsafat, rumusan definitif manajemen pendidikan islam
tersebut telah mencakup sisi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi
sebagai objek pengelolaan, dalam hal ini berupa lembaga pendidikan Islam,
sumber-sumber belajar, dan hal-hal lain yang terkait epistemologi sebagai “cara
atau metode” pengelolaan, dalam hal ini berupa proses pengelolaan dan cara
menyiasati, sedangkan aksiologi sebagai hasil pengelolaan berupa pencapaian
tujuan pendidikan Islam. Adapun istilah efektif dan efesien merupakan
keterangan yang menjelaskan aksiologi dan epistemologi. Efektif menekankan pada
aksiologi sedangkan efesien menitik beratkan pada epistemologi.
B.
Fungsi-fungsi
manajemen dalam pendidikan islam
Istilah manajemen
berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumber
daya-sumber daya yang tersedia dalam organisasi atau lembaga pendidikan islam
dengan cara yang sebaik mungkin.
Manajemen bukan hanya
mengatur orang perorang. Dalam menagtur orang, diperlujkan seni sebaik-baiknya
sehingga kepala-kepala sekolah yang baik adalah kepala yang mampu menjadikan
setiap pekerja menikmati pekerjaan mereka, hal itu menandakan keberhasilan
seorang kepala sekolah[5].
Di dalam proses
manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara umum yang ditampilkan ke
dalam perangkat organisasi dan mulai dikenal dengan teori manajemen klasik.
Para ahli manajemen mempunyai perbedaan pendapat dalam merumuskan proses
manajemen sebagaimana penjelasan berikut:
1.
Menurut Skinner, fungsi manajemen meliputi: planning,
organizing, staffing, directing and controlling.
2. Steppen P. Robbin, fungsi manajemen meliputi: planning, organizing, leading and
controlling.
3. Gulick mengedepankan
proses manajemen mulai dari planning, organizing, staffing, directing, coordinating,
reporting, dan budgeting.
4. Fayol yang dikenal
sebagai bapak manajemen ilmiah (scientifik management) megedepankan proses
manajemen sebagai berikut: planning,
organizing, comanding, coordinating, controlling.
Berdasarkan proses
manajemen sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, para
pakar manajemen pada era sekarang mengabtraksikan proses manajemen menjadi 4
proses yaitu: planning, organizing,
actuating, controlling, (POAC). Adapun
perencanaan dalam manajemen pendidikan islam sebagai berikut:
1. Perencanaan
pendidikan islam
Dalam
manajemen islam disebutkan bahwa semua tindakkan Rasulullah selalu membuat
perencanaan yang teliti. Mengenai kewajiban untuk membuat perencanaan yang
teliti ini, banyak terdapat di dalam ayat Al-Qur’an, baik secara tegas maupun
secara sindiran (kinayah) agar sebelum mengambil sesuatu tindakan haruslah di
buat perencanaan.
Perencanaan
merupakan suatu proses berfikir. Disini Nabi menyatakan bahwa berfikir itu adal
ibadah, jadi, sebelum melakukan sesuatu wajiblah dipikirkan terlebih dahulu.
Ini berarti bahwa semua pekerjaan harus diawali dengan perencanaan. Tuhan
memberikan kepada kita akal dan ilmu guna melakukan suatu ikhtiar, untuk
menghindari kerugian atau kegagalan. Ikhtiar disini adalah suatu konkrentasi
atau perwujudan dari proses berfikir, dan merupakan konkrentasi dari suatu
perencanaan.
2. Pengorganisasian
pendidiakn islam
Pengorganisasian
adalah suata mekanisme atau suatu sruktur, yang dengan sruktur itu semua subjek,
perangkat lunak dan perangkat keras yang kesemuanya dapat bekerja secara
efektif, dan dapat dimanfaatkan menurut fungsi dan porposinnya masing-masing.
Adanya inisiatif, sikap yang kreatif dan produktif dari semjua anggota
pendidikan islam dari perangkat yang serendah-rendahnya sampai yang tertinggi
akan menjamin organisasi pendidikan islam berjalan dengan baik.
3. Penggerakkan
pendidikan islamPengawan pedidikan islam
Actuating
merupakan fungsi manajemen yang komplek dan merupakan ruang lingkup yang cukup
luas serta sangat berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada
akhirnya actuating merupakan pusat sekitar aktivitas-aktivitas manajemen.
Penggerakkan (Actuating) pada hakekatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.[6]
Penggerakkan/actuating
merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan kegairahan, kegiatan,
pengertian, sehingga orang lain mau mendukung dan bekerja dengan sukarela untuk
mencapai tujuan organisasi/lembaga pendidikan islam sesuai dengan tugas yang
dibebankan kepadanya.
Mereka
dapat digerakkan dengan sukarela, dan dapat merasakan bahwa pekerjaan itu
adalah kewajibannya yang harus dikerjakan dengan suka rela seperti pekerjaan
sendiri.
Fungsi
Actuating berhubungan erat dengan sumber daya manusia, oleh karena itu seorang
pemimpin pendidikan islam dalam membina kerjasama, mengarahkan dan mendorong
kegairahan kerja para bawahannya perlu memahami faktor-faktor manusia dan
pelakunya.
Pada
suatu lembaga pendidikan islam, kepemimpinan efektif hendaknya memberikan arah
kepada usaha dari semua personil dalam mencapai tujuan lembaga pendidikan
islam.
4. Pengawasan
pendidiakn islam
Controlling
(pengawasan) merupakan langkah penentu terhadap apa yang harus dilaksankan,
sekaligus menilai dan memperbaiki, sehingga pelaksanaannya sesuai dengan
rencana, serta terwujudnya secara efektif dan efisien.
Controlling
(pengawasan) adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan
aka dilaksanakan. Pengawasan berorientasi pada obyek yang dituju (pendidikan
islam) dan merupakan alat untuk menyuruh orang bekerja menuju sasaran yang
ingin dicapai.
Menurut
Siagian (1983) fungsi pengawasan yaitu upaya penyesuaian antara rencana yang
telah disusun dengan pelaksanaan atau hasil yang benar-benar dicapai. Untuk
mengetahui hasil yang dicapai benar-benar sesuai dengan rencana yang telah
disusun diperlukan informasi tentang tingkat pencapaian hasil. Informasi ini
dapat diperoleh melalui komunikasi dengan bawahan, khususnya laporan dari
bawahan atau observasi langsung. Apabila hasil tidak sesuai dengan standar yang
ditentukan, pimpinan dapat meminta informasi tentang masalah yang dihadapi.
Dengan demikian tindakan perbaikan dapat disesuaikan dengan sumber masalah. Di
samping itu, untuk menghindari kesalah pahaman tentang arti, maksud dan tujuan
pengawasan antara pengawas dengan yang diawasi perlu dipelihara jalur
komunikasi yang efektif dan bernilai dalam arti bebas dari prasangka buruk dan
dilakukan secara berdayaguna dan berhasilguna.[7]
Tujuan
pengawasan pendidikan islam haruslah positif dan konstruktif, yaitu untuk
memperbaiki, mengurangi pemborosan waktu, uang,, material dan tenaga di lembaga
pendidikan Islam. Di samping itu juga bertujuan untuk membantu menegakkan agar
prosedur, program, standar dan peraturan ditaati, sehingga dapat mencapai
efisiensi lembaga pendidikan Islam yang setinggi-tingginya.
Ditinjau
dari sudut pandangan sosiologi dan antropologi, fungsi utama pendididikan untuk
menumbuhkan kreativitas peserta didik, dan menanamkan nilai yang baik. Karena itu
tujuan akhir pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi kreatif peserta
didik agar menjadi manusia yang baik, menurut pandangan manusia dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Persoalan
manusia baik adalah persoalan nilai, tidak hanya persoalan fakta dan kebenaran
ilmiah rasional. Akan tetapi meyangkut masalah penghayatan yang lebih bersifat
efektif dan efesien.
Untuk
mencapai tujuan menjadikan manusia, dibutuhkan materi pendidikan yang baik,
tujuan yang baik, strategi, pendekatan, metode dan teknik belajar mengajar yang
baik pula.
Tujuan
yang baik, tidak sama pengertiannya dengan menteri yang baik, dan manusia yang
baik. Manusia yang baik adalah manusia yang memilki kepribadian yang utama:
tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat dijangkau, dan memiliki demensi yang
luas. Adapun materi yang baik adalah materi yang sesuai dengan pemikiran
peserta didik. Dalam manajemen, yang dimaksud fungsi adalah tugas-tugas
tertentu yang harus dilaksanakan sendiri. Setiap pakar memiliki kunci fungsi
manajemen sendiri. Pada umunya fungsi-fungsi yang dilaksanakan dalam sebuah
organisasi atau lembaga adalah meliputi:
1.
Motivating
(Motivasi)
Menggerakkan
orang dengan menumbuhkan semangat bekerja dalam memenuhi kebutuhan yang
ditimbulkan. Fungsi motivasi yaitu untuk melancarkan usaha kerja sama. Pada
dasarnya motivasi bisa timbul dari dalam sendiri (motivasi instrinsik) dan motivasi yang timbul dari luar (motivasi ekstrinsik).[8]
Motivating
merupakan salah satu fungsi manajeemen berupak pemberian intruksi, semangat dan
dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara sukarela apa
yang dikehendaki oleh atasan, pemberian inspirasi, semangat dan dorongan oleh
atasan kepada bawahan ditujukan agr bawahan bertambah kegiatannya, atau mereka
lebih bersemangat melaksanakan tugas-tugas sehingga mereka lebih berdaya guna
dan berhasil guna.
Menurut
Ellen A. Benowitz motivasi adalah kekuatan yang men yebabkan individu bertindak
dengan cara tertentu. Orang punya motivasi tinggi akan lebih giat bekerja,
sementara yang rendah akan sebaliknya. John R. Schemerhorn mendefinisikan
motivasi sebagai “mengacu pada pendoron di dalam diri individu yang berpengaruh
atas tingkat, arah, dan gigihnya upaya seseorang dalam pekerjaannya.
2. Facilitating
(Memfasilitasi)
Fungsi
ini yaitu memberi kemudahan-kemudahan semangat kerja kariawan. Fasilitas tidak
selamanya berbentuk sarana dan prsarana fisik, tetapi fasilitas bisa termasuk
kemudahan atau izin untuk meningkatkan kualitas diri. Kemampuan yang dimiliki
oleh staf akan cepat berkembang, manakala diberi fasilitas untuk berkembang.
3. Budgeting
Budgeting
adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh
kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku
untuk jangka waktu atau periode tertentu dimasa mendatang. Menurut National
Committee on Governmental sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya
dalam periode waktu tertentu.
4. Empowering
(Pemberdayaan)
Pemberdayaan
adalah usaha untuk mendayagunakan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan
sikap karyawan, agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk menunjang
tercapainya sebuah tujuan organisasi. Kekuatan dalam organisasi baik yang
aktual maupun yang potensial harus diberdayakan untuk mengoptimalkan kekuatan
sebuah organisasi. Manajer harus mampu menggali potensi-potensi organisasi dan
memberdayakannya untuk kemajuan organisasi.
5. Learning
(Pembelajaran)
Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang
paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif.
Learning
merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar menggunakan media elektronik
khususnya sebagai sistem pembelajarannya. Learning merupakan dasar dan
konsekuensi logis dari perkembangan
teknologi informasi dan komukasi.
Istilah
learning sangat popular di beberapa tahun ini, meskipun konsepnya sudah cukup
lama dimunculkan sebelumnya. Istilah ini sendiri memiliki definisi yang sangat
luas. Secara terminology huruf e pada e-learning berarti elektronik yang kerap
disepadankan dengan kata virtual atau distance (jarak). Dari hal ini muncul
istilah virtual atau distarning (pembelajaran di dunia maya) atau distance
learning (pembelajaran jarak jauh). Sedangkan kata learning sering diartikan
dengan belajar pendidikan (education) atau pelatihan (training).
Jadi
e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan
perangkap elektronika. Dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio,
video, perangkap computer atau kombinasi ketiganya. E-learning merupakan sebuah
proses pembelajaran yang dilakukan melalui Network (jaringan).
Ini
berarti dengan learning memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada peserta
didik menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi berupa computer dan
jaringan internet. Dengan demikian belajar bisa dilakukan kapan saja, dimana
saja, melalui jalur mana saja dan dengan kecepatan akses apapun. Proses
pembelajaran berlangsung efisien dan efektif.
Dari
hal tersebut bermakna, bahwa learning adalah proses (pembelajaran)
menggunakan/memanfaatkan teknologi informasi komputer. Learning merupakan suatu
teknologi pembelajaran yang relative baru di Indonesia. Dalam pembelajaran itu
pengajar dan peserta didik tidak perlu berada pada tempat dan waktu yang sama
untuk melangsungkan proses pembelajaran.
IV.
ANALISIS
Manajemen
dapat dikatakan sebagai profesi karena diperlukan keahlian khusus yang harus
dimiliki oleh manajer dan dituntut untuk bekerja secara profesional serta mampu
menumbuh kembangkan profesionalitasnya baik melalui pendidikan maupun latihan.
Oleh karena itu, seorang manajer harus membekali diri dengan kemampuan
konseptual yang berkaitan dengan planning,
organizing, actuating, dan controlling (POAC) serta kemampuan sosial yang
mengatur tentang hubungan manusiawi sehingga mampu menerapkan gaya kepemimpinan
yang tepat dalam berbagai situasi dan kondisi, dan kemampuan teknis yang dapat
mendukung dalam pelaksanaan program yang dijalankan.[9]
Manajemen bukan hanya mengatur orang perorang.
Dalam menagtur orang, diperlujkan seni sebaik-baiknya sehingga kepala-kepala
sekolah yang baik adalah kepala yang mampu menjadikan setiap pekerja menikmati
pekerjaan mereka, hal itu menandakan keberhasilan seorang kepala sekolah.
V. KESIMPULAN
Dengan
demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan islam sebagaimana
dinyatakan ramayalis adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki
ummat islam, lembaga pendidikan baik perangkat keras maupun lunak. Adapun
fungsi-fungsi manajemen pendidikan islam yang modern:
1. Motivating
(Motivasi)
Menggerakkan
orang dengan menumbuhkan semangat bekerja dalam memenuhi kebutuhan yang
ditimbulkan. Fungsi motivasi yaitu untuk melancarkan usaha kerja sama. Pada
dasarnya motivasi bisa timbul dari dalam sendiri (motivasi instrinsik) dan motivasi yang timbul dari luar (motivasi ekstrinsik).
2. Facilitating
(Memfasilitasi)
Fungsi
ini yaitu memberi kemudahan-kemudahan semangat kerja kariawan. Fasilitas tidak
selamanya berbentuk sarana dan prsarana fisik, tetapi fasilitas bisa termasuk
kemudahan atau izin untuk meningkatkan kualitas diri. Kemampuan yang dimiliki
oleh staf akan cepat berkembang, manakala diberi fasilitas untuk berkembang.
3. Budgeting
Budgeting
adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh
kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku
untuk jangka waktu atau periode tertentu dimasa mendatang. Menurut National
Committee on Governmental sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya
dalam periode waktu terten.[10]
4, Empowering (Pemberdayaan)
Pemberdayaan
adalah usaha untuk mendayagunakan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan
sikap karyawan, agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk menunjang
tercapainya sebuah tujuan organisasi. Kekuatan dalam organisasi baik yang
aktual maupun yang potensial harus diberdayakan untuk mengoptimalkan kekuatan
sebuah organisasi. Manajer harus mampu menggali potensi-potensi organisasi dan
memberdayakannya untuk kemajuan organisasi.
5. (Pembelajaran)
Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang
paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif.
Learning
merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar menggunakan media elektronik
khususnya sebagai sistem pembelajarannya. Learning merupakan dasar dan
konsekuensi logis dari perkembangan teknologi
informasi dan komukasi.
VI.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat kami paparkan. Kami menyadari makalah yang kami paparkan
terdapat kekurangan-kekurangan, karena kami menyadari kesempurnaan hanyalah
milik-nya. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
[1]
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
TERAS, 2009), hlm 7-15.
[2]
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, hlm. 14
[3]
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta:
Erlangga, 2009), hlm 10-15.
[4]
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam,,,hlm 26-33
[5]
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007). hlm 37
[6]
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA, 2002), lm 132.
[7]
Chabib Thoha, Kapita
Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996). hlm 59-60
[8] Fatah Syukur, Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan,
(Semarang: PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2012). Hlm. 18-21
[9] Malayu. S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan masalah, hlm 35
[10]
Fatah Syukur, Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan,
hlm. 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar