Selasa, 28 April 2015

MANAJEMEN DALAM PENDIDIKAN ISLAM



MANAJEMEN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

  I.            PENDAHULUAN
Pendidikan agama islam. Dengan berbagai jalur dan bentuk yang ada seperti, pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk madrasah ibtidaiyah (MI) dan madrasah tsanawiyah (MTS), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk madrasah aliyah (MA) dan madrasah aliyah kejuruan (MAK). Dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak perguruan tinggi Agama islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk akademi, sekolah tinggi, institut, dan universitas.
Pada jalur pendidikan non formal seperti kelompok bermain, taman penitipan anak (TPA)majelis ta’lim, pesantren dan madrasah diniyah. Jalur pendidikan informal seperti pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Semuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya.
Karena manajemen adalah hal suatu penting yang menyentuh, mempengaruhi dan bahkan merasuki hampir seluruh aspek kehidupan manusia . Juga telah dimengerti bahwa dengan manajemen, manusia mampu mengenali kemampuannya , kelebihan, dan kekurangannya. Manajemen menunjukkan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.[1]
Manajemen dibutuhkan oleh setiap organisasi, jika seorang manajer mempunyai pengetahuan tentang manajemen dan mengetahui bagaimana menerapkannya, maka dia akan dapat melaksanakan fungsi manajerial secara efektif dan efisien.
II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian manajemen dalam pendidikan islam?
B.     Bagaimana fungsi-fungsi manajemen dalam pendidikan islam?
III.            PEMBAHASAN
A.    Manajemen dalam Pendidikan Islam
Manajemen pendidikan islam Dari segi bahasa manaejemn berasal dari bahasa inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti penggelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus inggris indonesia karangan john m. Echols dan hasan shadily management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengatur, melaksanakan, menggelola dan memperlakukan.
Sementara manajemen menurut istilah adalah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan melalui orang lain. Sedangkan sondang p siagian mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain.
Bila kita perhatikan kedua pengertian manajemen di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya. Agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, effesien, dan produktif.
Sedangkan pendidikan islam merupakan proses nilai-nilai islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk menjumpai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan diakhirat.[2]
Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan islam sebagaimana dinyatakan ramayalis adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki ummat islam, lembaga pendidikan baik perangkat keras maupun lunak.
Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan orang lain secara efektif, efisien dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.
Selain manajemen dipandang sebagai ilmu dan seni, manajemen juga dapat dikatakan sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai prestasi manajer yang diikat dengan kode etik dan dituntut untuk bekerja secara profesional. Seorang profesional menurut robert L. Katz harus mempunyai kemampuan, sosial (hubungan manusiawi), dan teknikal. Kemampuan konsep adalah kemampuan mempersepsi organisasi sebagai suatu sistem, memahami perubahan pada setiap bagian yang berpengaruh terhadap keseluruhan organisasi, kemampuan mengkoordinasi semua kegiatan dan kepentingan organisasi. Kemampuan sosial atau hubungan manusiawi diperlihatkan agar manajer mampu bekerja sama dan memimpin kelompoknya dan memahami anggota sebagai individu kelompok. Adapun kemampuan teknik berkaitan erat dengan kemampuan yang dimiliki manajer dalam menggunaka alat, prosedur dan teknik bidang khusus, seperti halnya teknik dalam perencanaan program, anggaran, program pendidikan dan sebagainya.
Manajemen dapat dikatakan sebagai profesi karena diperlukan keahlian khusus yang harus dimiliki oleh manajer dan dituntut untuk bekerja secara profesional serta mampu menumbuh kembangkan profesionalitasnya baik melalui pendidikan maupun latihan. Oleh karena itu, seorang manajer harus membekali diri dengan kemampuan konseptual yang berkaitan dengan planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC) serta kemampuan sosial yang mengatur tentang hubungan manusiawi sehingga mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam berbagai situasi dan kondisi, dan kemampuan teknis yang dapat mendukung dalam pelaksanaan program yang dijalankan.
Manajemen pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan non manusia dalam menggerakkannya untuk mecapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien.
Manajemem yang tidak efektif, yaitu manajemen yang tidak berhasil memenuhi tujuan. Manajemen yang” efektif tetapi tidak efisien” , yaitu manajemen yang berhasil mencapai tujuannya tetapi melalui penghamburan atau pemborosan (tenaga, waktu dan biaya). Sedangkan manajemen yang efisien adalah manajemen yang berhasil mencapai sasarannya dengan sempurna, cepat, tepat dan selamat.
Suatu pekerjaaan dikatakan efektif ialah kalau pekerjaan itu memberi hasil yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan semula, dengan kata lain kalau pekerjaan itu sudah mampu merealisasikan tujuan lembaga pendidikan islam dalam aspek yang dikerjakan dalam hal ini yang melaksanakan pekerjaan itu adalah manajer. Efektifitas manajer hanya bisa berwujud bila manajer mampu melaksanakan perannya sebagai manajer untuk mencapai tujuan pendidikan islam yang telah ditetapkan.
Raddin memberikan beberapa gambaran tentang perilaku manajer yang efektif. Perilaku tersebut antara lain: 1) mengembangkan potensi  para bawahan, 2) tahu tentang apa yang diinginkan dan giat mengejarnya, memiliki motivasi yang tinggi, 3) memperlakukan bawahan secara berbeda-beda sesuai dengan individunya, 4) bertindak secara tim manajer. Seorang manajer tidak hanya memanfaatkan tenaga bawahannya yang sudah ahli atau terampil demi kelancaran organisasi yang dia pimpin saja, melainkan juga seharusnya memberikan kesempatan bahkan mengimbau atau memberi jalan agar para bawahan dapat meningkatkan keahlian atau keterampilannya. Dengan cara ini mutu lembaga pendidikan islam akan semakin meningkat.
Manajer pendidikan islam pada umumnya hanya tahu apa tugas mereka agar proses pendidiakan dapat berlangsung terus, namun jarang di antara mereka yang tahu bagaimana bertindak menghadapi perubahan-perubahan yang terus berlangsung. Jarang yang mampu mengantisipasi perubahan yang bakal terjadi di masyarakat pada umumnya dan dalam dunia pendidikan islam khususnya. Jarang di antara mereka yang berinovasi, memasang srategi baru hasil antisipasi mereka. Pada umumnya mereka tenggelam dalam tugas-tugas rutin demi lancarnya gerak roda organisasi dan kesuksesan tugas rutin inilah yang mereka kejar.
Dalam manajemen pendidiakn islam memiliki implikasi. Implikasi yang saling terakait dan membentuk satu kesatuan sistem dalam manajemen pendidikan islam. [3]
Pertama, proses pengelolaan lembaga pendidikan secara islami. Aspek ini menghendaki adanya muatan-muatan nilai islam dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam. Misalnya, penekanan pada penghargaan, maslahat, kualitas, kemajuan, dan pemberdayaan. Selanjutnya, upaya pengelolaan itu diupayakan bersandar pada pesan-pesan Al-Qur’an dan hadis agar selau dapat menjaga sifat islami.
Kedua, Proses pengelolaan lembaga pendidikan islam. Hal ini menunjukkan objek dari manajemen ini yang secara khusus diarahkan untuk menangani lembaga pendidikan islam dengan segala keunikannya. Maka, manajemen ini bisa memaparkan cara-cara pengelolaan pesantren, madrasah, perguruan tinggi islam, dan sebagainya.
Ketiga, proses pengelolaan lembaga pendidikan islam selama sesuai dengan nilai-nilai isalam.
Keempat, dengan cara menyiasati. Frase ini mengandung strategi yang menjadi salah satu tujuan untuk mengelola lembaga pendidikan umum, tetapi bisa jadi berbeda sama sekali lantaran adanya situasi khusus yang dihadapi lembaga pe ndidikan islam.
Kelima, sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait. Sumber belajar di sini memiliki cakupan yang cukup luas, yaitu: 1) manusia, yang meliputi guru/ ustadz/ dosen/ siswa/ santri/ mahasiswa, para pegawai, dan para pengurus yayasan. 2) Bahan, yang meliputi perpustakaan, buku paket ajar, dan sebagainya. 3) lingkungan, merupakan segala hal yang mengarah pada masyarakat. 4) Alat dan peralatan, seperti laboratorium, dan 5) Aktivitas. Adapun hal-hal lain yang terkait bisa berupa keadaan sosio-politik, sosio-kultural, sosio-ekonomik, maupun sosio-religius yang di hadapi oleh lembaga pendidikan Islam.
Keenam, tujuan pendidikan islam. Hal ini merupakan arah kegiatan pengelolaan pendidikan islam sehingga tujuan ini sangat mempengaruhi komponen-komponen lainnya, bahkan mengendalikannya.
Ketujuh, efektif dan efesien. Maksudnya, berhasil guna dan berdaya guna. Artinya, manajemen yang berhasil mencapai tujuan dengan penghematan tenaga, waktu, dan biaya.[4]
Ditinjau dari perspektif sistem filsafat, rumusan definitif manajemen pendidikan islam tersebut telah mencakup sisi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi sebagai objek pengelolaan, dalam hal ini berupa lembaga pendidikan Islam, sumber-sumber belajar, dan hal-hal lain yang terkait epistemologi sebagai “cara atau metode” pengelolaan, dalam hal ini berupa proses pengelolaan dan cara menyiasati, sedangkan aksiologi sebagai hasil pengelolaan berupa pencapaian tujuan pendidikan Islam. Adapun istilah efektif dan efesien merupakan keterangan yang menjelaskan aksiologi dan epistemologi. Efektif menekankan pada aksiologi sedangkan efesien menitik beratkan pada epistemologi.
B.     Fungsi-fungsi manajemen dalam pendidikan islam
Istilah manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumber daya-sumber daya yang tersedia dalam organisasi atau lembaga pendidikan islam dengan cara yang sebaik mungkin.
Manajemen bukan hanya mengatur orang perorang. Dalam menagtur orang, diperlujkan seni sebaik-baiknya sehingga kepala-kepala sekolah yang baik adalah kepala yang mampu menjadikan setiap pekerja menikmati pekerjaan mereka, hal itu menandakan keberhasilan seorang kepala sekolah[5].
Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara umum yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan mulai dikenal dengan teori manajemen klasik. Para ahli manajemen mempunyai perbedaan pendapat dalam merumuskan proses manajemen sebagaimana penjelasan berikut:
1. Menurut Skinner, fungsi manajemen meliputi: planning, organizing, staffing, directing and controlling.
2.  Steppen P. Robbin, fungsi manajemen meliputi: planning, organizing, leading and controlling.
3. Gulick mengedepankan proses manajemen mulai dari planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, dan budgeting.
4. Fayol yang dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientifik management) megedepankan proses manajemen sebagai berikut: planning, organizing, comanding, coordinating, controlling.
Berdasarkan proses manajemen sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, para pakar manajemen pada era sekarang mengabtraksikan proses manajemen menjadi 4 proses yaitu: planning, organizing, actuating, controlling, (POAC). Adapun perencanaan dalam manajemen pendidikan islam sebagai berikut:
1.      Perencanaan pendidikan islam
Dalam manajemen islam disebutkan bahwa semua tindakkan Rasulullah selalu membuat perencanaan yang teliti. Mengenai kewajiban untuk membuat perencanaan yang teliti ini, banyak terdapat di dalam ayat Al-Qur’an, baik secara tegas maupun secara sindiran (kinayah) agar sebelum mengambil sesuatu tindakan haruslah di buat perencanaan.
Perencanaan merupakan suatu proses berfikir. Disini Nabi menyatakan bahwa berfikir itu adal ibadah, jadi, sebelum melakukan sesuatu wajiblah dipikirkan terlebih dahulu. Ini berarti bahwa semua pekerjaan harus diawali dengan perencanaan. Tuhan memberikan kepada kita akal dan ilmu guna melakukan suatu ikhtiar, untuk menghindari kerugian atau kegagalan. Ikhtiar disini adalah suatu konkrentasi atau perwujudan dari proses berfikir, dan merupakan konkrentasi dari suatu perencanaan.
2.      Pengorganisasian pendidiakn islam
Pengorganisasian adalah suata mekanisme atau suatu sruktur, yang dengan sruktur itu semua subjek, perangkat lunak dan perangkat keras yang kesemuanya dapat bekerja secara efektif, dan dapat dimanfaatkan menurut fungsi dan porposinnya masing-masing. Adanya inisiatif, sikap yang kreatif dan produktif dari semjua anggota pendidikan islam dari perangkat yang serendah-rendahnya sampai yang tertinggi akan menjamin organisasi pendidikan islam berjalan dengan baik.
3.      Penggerakkan pendidikan islamPengawan pedidikan islam
Actuating merupakan fungsi manajemen yang komplek dan merupakan ruang lingkup yang cukup luas serta sangat berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya actuating merupakan pusat sekitar aktivitas-aktivitas manajemen. Penggerakkan (Actuating) pada hakekatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.[6]
Penggerakkan/actuating merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan kegairahan, kegiatan, pengertian, sehingga orang lain mau mendukung dan bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan organisasi/lembaga pendidikan islam sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya.
Mereka dapat digerakkan dengan sukarela, dan dapat merasakan bahwa pekerjaan itu adalah kewajibannya yang harus dikerjakan dengan suka rela seperti pekerjaan sendiri.
Fungsi Actuating berhubungan erat dengan sumber daya manusia, oleh karena itu seorang pemimpin pendidikan islam dalam membina kerjasama, mengarahkan dan mendorong kegairahan kerja para bawahannya perlu memahami faktor-faktor manusia dan pelakunya.
Pada suatu lembaga pendidikan islam, kepemimpinan efektif hendaknya memberikan arah kepada usaha dari semua personil dalam mencapai tujuan lembaga pendidikan islam.
4.      Pengawasan pendidiakn islam
Controlling (pengawasan) merupakan langkah penentu terhadap apa yang harus dilaksankan, sekaligus menilai dan memperbaiki, sehingga pelaksanaannya sesuai dengan rencana, serta terwujudnya secara efektif dan efisien.
Controlling (pengawasan) adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan aka dilaksanakan. Pengawasan berorientasi pada obyek yang dituju (pendidikan islam) dan merupakan alat untuk menyuruh orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai.
Menurut Siagian (1983) fungsi pengawasan yaitu upaya penyesuaian antara rencana yang telah disusun dengan pelaksanaan atau hasil yang benar-benar dicapai. Untuk mengetahui hasil yang dicapai benar-benar sesuai dengan rencana yang telah disusun diperlukan informasi tentang tingkat pencapaian hasil. Informasi ini dapat diperoleh melalui komunikasi dengan bawahan, khususnya laporan dari bawahan atau observasi langsung. Apabila hasil tidak sesuai dengan standar yang ditentukan, pimpinan dapat meminta informasi tentang masalah yang dihadapi. Dengan demikian tindakan perbaikan dapat disesuaikan dengan sumber masalah. Di samping itu, untuk menghindari kesalah pahaman tentang arti, maksud dan tujuan pengawasan antara pengawas dengan yang diawasi perlu dipelihara jalur komunikasi yang efektif dan bernilai dalam arti bebas dari prasangka buruk dan dilakukan secara berdayaguna dan berhasilguna.[7]
Tujuan pengawasan pendidikan islam haruslah positif dan konstruktif, yaitu untuk memperbaiki, mengurangi pemborosan waktu, uang,, material dan tenaga di lembaga pendidikan Islam. Di samping itu juga bertujuan untuk membantu menegakkan agar prosedur, program, standar dan peraturan ditaati, sehingga dapat mencapai efisiensi lembaga pendidikan Islam yang setinggi-tingginya.
Ditinjau dari sudut pandangan sosiologi dan antropologi, fungsi utama pendididikan untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik, dan menanamkan nilai yang baik. Karena itu tujuan akhir pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi kreatif peserta didik agar menjadi manusia yang baik, menurut pandangan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.
Persoalan manusia baik adalah persoalan nilai, tidak hanya persoalan fakta dan kebenaran ilmiah rasional. Akan tetapi meyangkut masalah penghayatan yang lebih bersifat efektif dan efesien.
Untuk mencapai tujuan menjadikan manusia, dibutuhkan materi pendidikan yang baik, tujuan yang baik, strategi, pendekatan, metode dan teknik belajar mengajar yang baik pula.
Tujuan yang baik, tidak sama pengertiannya dengan menteri yang baik, dan manusia yang baik. Manusia yang baik adalah manusia yang memilki kepribadian yang utama: tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat dijangkau, dan memiliki demensi yang luas. Adapun materi yang baik adalah materi yang sesuai dengan pemikiran peserta didik. Dalam manajemen, yang dimaksud fungsi adalah tugas-tugas tertentu yang harus dilaksanakan sendiri. Setiap pakar memiliki kunci fungsi manajemen sendiri. Pada umunya fungsi-fungsi yang dilaksanakan dalam sebuah organisasi atau lembaga adalah meliputi:
1.           Motivating (Motivasi)
Menggerakkan orang dengan menumbuhkan semangat bekerja dalam memenuhi kebutuhan yang ditimbulkan. Fungsi motivasi yaitu untuk melancarkan usaha kerja sama. Pada dasarnya motivasi bisa timbul dari dalam sendiri (motivasi instrinsik) dan motivasi yang timbul dari luar (motivasi ekstrinsik).[8]
Motivating merupakan salah satu fungsi manajeemen berupak pemberian intruksi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara sukarela apa yang dikehendaki oleh atasan, pemberian inspirasi, semangat dan dorongan oleh atasan kepada bawahan ditujukan agr bawahan bertambah kegiatannya, atau mereka lebih bersemangat melaksanakan tugas-tugas sehingga mereka lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Menurut Ellen A. Benowitz motivasi adalah kekuatan yang men yebabkan individu bertindak dengan cara tertentu. Orang punya motivasi tinggi akan lebih giat bekerja, sementara yang rendah akan sebaliknya. John R. Schemerhorn mendefinisikan motivasi sebagai “mengacu pada pendoron di dalam diri individu yang berpengaruh atas tingkat, arah, dan gigihnya upaya seseorang dalam pekerjaannya.       
2.      Facilitating (Memfasilitasi)
Fungsi ini yaitu memberi kemudahan-kemudahan semangat kerja kariawan. Fasilitas tidak selamanya berbentuk sarana dan prsarana fisik, tetapi fasilitas bisa termasuk kemudahan atau izin untuk meningkatkan kualitas diri. Kemampuan yang dimiliki oleh staf akan cepat berkembang, manakala diberi fasilitas untuk berkembang.
3.      Budgeting
Budgeting adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu atau periode tertentu dimasa mendatang. Menurut National Committee on Governmental sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.
4.      Empowering (Pemberdayaan)
Pemberdayaan adalah usaha untuk mendayagunakan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan sikap karyawan, agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk menunjang tercapainya sebuah tujuan organisasi. Kekuatan dalam organisasi baik yang aktual maupun yang potensial harus diberdayakan untuk mengoptimalkan kekuatan sebuah organisasi. Manajer harus mampu menggali potensi-potensi organisasi dan memberdayakannya untuk kemajuan organisasi.
5.      Learning (Pembelajaran)
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Learning merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar menggunakan media elektronik khususnya sebagai sistem pembelajarannya. Learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari  perkembangan teknologi informasi dan komukasi.
Istilah learning sangat popular di beberapa tahun ini, meskipun konsepnya sudah cukup lama dimunculkan sebelumnya. Istilah ini sendiri memiliki definisi yang sangat luas. Secara terminology huruf e pada e-learning berarti elektronik yang kerap disepadankan dengan kata virtual atau distance (jarak). Dari hal ini muncul istilah virtual atau distarning (pembelajaran di dunia maya) atau distance learning (pembelajaran jarak jauh). Sedangkan kata learning sering diartikan dengan belajar pendidikan (education) atau pelatihan (training).
Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkap elektronika. Dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkap computer atau kombinasi ketiganya. E-learning merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan melalui Network (jaringan).
Ini berarti dengan learning memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada peserta didik menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi berupa computer dan jaringan internet. Dengan demikian belajar bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, melalui jalur mana saja dan dengan kecepatan akses apapun. Proses pembelajaran berlangsung efisien dan efektif.
Dari hal tersebut bermakna, bahwa learning adalah proses (pembelajaran) menggunakan/memanfaatkan teknologi informasi komputer. Learning merupakan suatu teknologi pembelajaran yang relative baru di Indonesia. Dalam pembelajaran itu pengajar dan peserta didik tidak perlu berada pada tempat dan waktu yang sama untuk melangsungkan proses pembelajaran.


      IV.            ANALISIS
Manajemen dapat dikatakan sebagai profesi karena diperlukan keahlian khusus yang harus dimiliki oleh manajer dan dituntut untuk bekerja secara profesional serta mampu menumbuh kembangkan profesionalitasnya baik melalui pendidikan maupun latihan. Oleh karena itu, seorang manajer harus membekali diri dengan kemampuan konseptual yang berkaitan dengan planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC) serta kemampuan sosial yang mengatur tentang hubungan manusiawi sehingga mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam berbagai situasi dan kondisi, dan kemampuan teknis yang dapat mendukung dalam pelaksanaan program yang dijalankan.[9]
 Manajemen bukan hanya mengatur orang perorang. Dalam menagtur orang, diperlujkan seni sebaik-baiknya sehingga kepala-kepala sekolah yang baik adalah kepala yang mampu menjadikan setiap pekerja menikmati pekerjaan mereka, hal itu menandakan keberhasilan seorang kepala sekolah.

             V.   KESIMPULAN
Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan islam sebagaimana dinyatakan ramayalis adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki ummat islam, lembaga pendidikan baik perangkat keras maupun lunak. Adapun fungsi-fungsi manajemen pendidikan islam yang modern:
1.      Motivating (Motivasi)
Menggerakkan orang dengan menumbuhkan semangat bekerja dalam memenuhi kebutuhan yang ditimbulkan. Fungsi motivasi yaitu untuk melancarkan usaha kerja sama. Pada dasarnya motivasi bisa timbul dari dalam sendiri (motivasi instrinsik) dan motivasi yang timbul dari luar (motivasi ekstrinsik).
2.      Facilitating (Memfasilitasi)
Fungsi ini yaitu memberi kemudahan-kemudahan semangat kerja kariawan. Fasilitas tidak selamanya berbentuk sarana dan prsarana fisik, tetapi fasilitas bisa termasuk kemudahan atau izin untuk meningkatkan kualitas diri. Kemampuan yang dimiliki oleh staf akan cepat berkembang, manakala diberi fasilitas untuk berkembang.
3.      Budgeting
Budgeting adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu atau periode tertentu dimasa mendatang. Menurut National Committee on Governmental sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu terten.[10]
4, Empowering (Pemberdayaan)
Pemberdayaan adalah usaha untuk mendayagunakan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan sikap karyawan, agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk menunjang tercapainya sebuah tujuan organisasi. Kekuatan dalam organisasi baik yang aktual maupun yang potensial harus diberdayakan untuk mengoptimalkan kekuatan sebuah organisasi. Manajer harus mampu menggali potensi-potensi organisasi dan memberdayakannya untuk kemajuan organisasi.
5. (Pembelajaran)
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Learning merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar menggunakan media elektronik khususnya sebagai sistem pembelajarannya. Learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari  perkembangan teknologi informasi dan komukasi.                
 VI.            PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Kami menyadari makalah yang kami paparkan terdapat kekurangan-kekurangan, karena kami menyadari kesempurnaan hanyalah milik-nya. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.


[1] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hlm 7-15.
[2] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, hlm. 14
[3] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm 10-15.
[4] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam,,,hlm 26-33
[5] Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007). hlm 37
[6] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2002), lm 132.
[7] Chabib Thoha,  Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996). hlm 59-60
[8] Fatah Syukur, Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, (Semarang: PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2012). Hlm. 18-21
[9] Malayu. S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan  masalah, hlm 35
[10] Fatah Syukur, Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, hlm. 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar