Selasa, 05 Mei 2015

PENGERTIAN MENGAJAR DAN PERAN SUPERVISOR DALAM MERUMUSKAN TUJUAN MENGAJAR



PENGERTIAN MENGAJAR DAN PERAN SUPERVISOR DALAM MERUMUSKAN TUJUAN MENGAJAR

I.       LATAR BELAKANG
Supervisi memiliki peran yang cukup penting dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas. Supervisi merupakan salah satu fungsi dari administrasi pendidikan dan memiliki peran yang sangat urgen, melihat keterkaitannya secara langsung dengan sumber daya manusia di lembaga pendidikan yaitu guru. Supervisi dilakukan dalam rangka mengontrol kualitas (quality control). Artinya, pelaksanaan supervisi di lembaga pendidikan untuk memastikan proses belajar mengajar yang terjadi di lembaga tersebut berjalan sesuai dengan perencanaan. Sejatinya bukan hanya sebatas itu, namun lebih jauh lagi supervisi dilakukan untuk menciptakan kualitas yang lebih tinggi melalui bimbingan kepada para guru supaya menjadi lebih berkualitas sehingga bisa mengajar dengan lebih profesional dan akhirnya hasil belajar peserta didik pun menjadi lebih berkualitas. Karena tujuan pendidikan yang paling menentukan dan menjadi ukuran ada pada tujuan pembelajaran.
Berbagai ketimpangan dan kesenjangan yang ada terkait supervisi pendidikan. Ada kesenjangan antara teori dan praktek, ada juga permasalahan lain mengenai implementasinya di lapangan, belum lagi respon masyarakat dan guru mengenai supervisor yang kurang baik. Sebenarnya sudah seberapa jauhkah peran supervisor dalam membantu menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan tercapainya tujuan pendidikan?, ini menjadi tanggung jawab para ahli manajemen pendidikan untuk mencari solusi yang tepat atas semua permasalahan yang ada.
Pada masa awal, supervisi lebih dinilai sebagai sebuah inspeksi, namun seiring berjalannya waktu supervisi telah mulai menampakkan wujud aslinya yaitu sebagai proses untuk menjadikan pendidikan berkualitas melalui berbagai peran, fungsi, dan tanggung jawab dari seorang supervisor yang telah diangkat dan diamanati untuk menjabat pada jabatan tersebut.
Terdapat Lembaga Pendidikan Islam dalam keadaan yang biasa saja, artinya tidak ada kualitas yang tinggi yang dapat menjadikan lembaga tersebut unggul dari salah satu sisinya. Ini merupakan permasalahan di lembaga pendidikan Islam yang perlu kita carikan solusi tepat. Memang tidak mudah untuk menciptakan lembaga yang berkualitas, tetapi setidaknya ada usaha untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya melalui supervisi pendidikan. Supervisi di lembaga pendidikan Islam tampaknya belum optimal. Terbukti dari kesetaraan di lembaga pendidikan Islam yang biasa saja, khususnya di lembaga-lembaga swasta. Masih sedikit sekali lembaga yang bisa menerima keberadaan supervisor sebagai konsultan atas permasalahan yang ada. Ada juga potret supervisi pendidikan Islam dalam pesantren yang telah memasukkan kurikulum pendidikan formal di lembaganya yang menunjukkan supervisor tidak melaksanakan peran semestinya dengan berbagai alasan, salah satunya adalah karena senioritas dan rasa sungkan untuk memberikan supervisi kepada para guru yang mungkin dahulu menjadi guru dan sekaligus kiyai-nya ketika di lembaga tersebut.
Menjadi tugas dan kewajiban kita untuk mencarikan pemecahan masalah atas masalah-masalah yang terjadi di lembaga pendidikan. Dengan pemahaman, kesadaran, kemauan, dan komitmen yang tinggi akan dapat tercipta lembaga-lembaga pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi akan tercipta melalui peran supervisor, kepala sekolah, dan porsonel sekolah lainnya yang bertugas secara langsung dalam menjalankan proses pendidikan di sekolah.
  
II.    Rumusan Masalah
A.      Bagaimana definisi pengertian mengajar ?
B.       Bagaimana peran supervisi dalam merumuskan tujuan menajar ?
C.      Bagaimana mengajar yang efektif ?

III. Tujuan
A.    Mahasiswa mengetahui tentang pengertian mengajar
B.     Mahasiswa mengetahui tentang peran supervisor dalam merumuskan tujuan mengajar
C.     Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mengajar yang efektif



IV. PEMBAHASAN
A.       Pengertian Mengajar
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya. Sehingga pengajarannya bersifat teacher centered, jadi gurulah yang memegang posisi kunci dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru menyampaikan pengetahuan agar anak didik mengetahui tentang pengetahuan yang disampaikan oleh guru.
Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar mengajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar mengajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang kegiatan belajar-mengajar.
Senada dengan pendapat Sardiman AM, menyebutkan bahwa : Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental.[1]
Sedangkan menurut Oemar Hamalik mengemukakan, bahwa: Mengajar dapat diartikan sebagai : 
1.         Menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah
2.         mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah,
3.         usaha mengorganisasi lingkungan sehinggamenciptakan kondisi belajar bagi siswa
4.          memberikan bimbingan belajar kepada murid
5.         kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat
6.         suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan sehari-hari.[2]
Pendapat lain juga menjelaskan yaitu menurut Dadang Suhardan (2006:53), bahwa : 
Mengajar pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Selain itu mengajar menurut Burton yang dikutip oleh Syaiful Sagala, yaitu :Mengajar Merupakan upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar[3].
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain adalah mengatur kegiatan belajar siswa, memanfaatkan lingkungan (baik yang ada di kelas maupun di luar kelas), dan memberikan stimulus, bimbingan pengarahan serta dorongan kepada siswa. Lebih rinci, menurut Nasution, mengajar terdiri atas sejumlah kegiatan tertentu, yaitu :
1.         Membangkitkan dan memelihara perhatian.
2.         Menjelaskan kepada murid hasil apa yang diharapkan.
3.         Merangsang murid untuk mengingat kembali konsep, aturan, dan keterampilan yang merupakan prasyarat agar memahami pelajaran yang akan diberikan.
4.         Menyajikan simulasi yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
5.         Memberikan bimbingan kepada murid dalam proses belajar mengajar.[4]

B.        Peran Supervisor Dalam Merumuskan Tujuan Mengajar
Dalam rangka menciptakan pendidikan berkualitas, supervisor tentu memiliki bagian tertentu yang menjadi peran dalam kepengawasan yang tercermin ke dalam sepuluh poin sebagai berikut. (Peter F. Olivia (1984: 16-17) yang dikutip Haris.
1.      Developing curriculum
Peran pengawas yang pertama adalah mengembangkan kurikulum, yakni bisa saja merancang atau memperbaiki yang dipikirkan oleh siapa, kapan, di mana, dan dalam bentuk apa. Contohnya adalah mengembangkan petunjuk kurikulum, standar penetapan, satuan perencanaan materi,  dan juga membuat mata pelajaran baru.
2.      Organizing for instruction
            Yakni pengaturan pembelajaran dengan membuat perencanaan untuk siswa, staf, kelas, dan materi yang selaras baik hubungannya dengan waktu maupun target dari masing-masing mata pelajaran. Misalnya, mengelompokkan siswa, membuat jadwal untuk masing-masing kelas membagi ruang, penjadwalan, penyusunan tim guru, dan perencanaan kegiatan.
3.      Providing staff
            Supervisor bertugas memastikan dan menjamin ketersediaan staf pengajaran dalam jumlah dan kemampuan yang memadai untuk menjalankan tugas pengajaran. Hal ini bisa saja dalam bentuk  perekrutan, penyeleksian, pemilihan, penugasan, sampai pemindahan staf pengajaran.
4.      Providing facilities
Tugas ini berhubungan dengan perencanaan atau perencanaan ulang serta penambahan fasilitas pembelajaran. Contohnya, penambahan kelas dan alat-alat yang digunakan untuk praktek pembelajaran.
5.      Providing materials
Tugas ini adalah menentukan dan memperoleh materi yang tepat untuk digunakan dalam implementasi rancangan kurikulum. Di wilayah inilah pengawas juga dapat melakukan peninjauan, pengevaluasian, perancangan, dan menemukan cara lain untuk menyediakan materi yang dibutuhkan.
6.      Arranging for in-service education
Menyusun pelayanan pendidikan merupakan tugas supervisor untuk membuat perencanaan pengalaman belajar dan sekaligus mengimplementasiknnya, sehingga nantinya dapat meningkatkan performa staf pengajaran. Tugas ini bisa berbentuk penyelenggaraan workshop, konsultasi, studi banding, pelatihan, seminar, dll.
7.      Orienting staff member
Artinya, supervisor bertugas untuk mengarahkan para staf berupa menyediakan informasi dasar yang dibutuhkan para staf pengajar dalam menjalankan tugasnya. Misalnya, memperkenalkan staf baru dengan staf lama, komunitas, dan fasilitas yang ada, serta mengarahkan staf untuk pengembangan sekolah.
8.      Relating special pupil service
Menentukan pelayanan bagi siswa untuk menjamin hasil yang maksimum pada proses pembelajaran. Tugas ini meliputi mengembangkan kebijakan, menentukan prioritas, dll.
9.      Developing public relations
Menyediakan aliran informasi yang terbuka tentang aktivitas pengajaran baik dari maupun ke publik dengan tujuan untuk mendapatkan proses pembelajaran yang lebih baik.


10.  Evaluating  instruction
Merencanakan, mengatur, dan menerapkan prosedur pengumpulan data, analisis, dan interpretasi serta mengambil keputusan untuk meningkatkan pembelajaran.
Dari beberapa poin di atas kita bisa tahu bahwa tugas seorang supervisor sangat kompleks, sehingga seorang supervisor memang harus benar-benar memahami apa yang menjadi tugasnya kemudian dimungkinkan dapat melakukan tugas-tugas tersebut sebagaimana mestinya. Jika tugas-tugas ini berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya tentu tidak heran dengan keberadaan supervisor akan dapat menciptakan guru yang berkualitas sehingga proses pembelajaran pun menjadi berkualitas demikian pula hasilnya dan pada akhirnya menciptakan pendidikan yang berkualitas.[5]

C.       Mengajar Yang Efektif
Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif  pula. Maka, untuk mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
1.   Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Didalam belajar, siswa harus mengalami aktivitas mental, dan juga aktivitas jasmani.
2.   Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. Dengan variasimetode, mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa,mudah diterima siswa, dan suasana kelas menjadi hidup.
3.   Motivasi. Hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan anak selanjutnyamelalui Proses Belajar Mengajar. Bila motivasi guru tepat mengenai sasaran akanmeningkatkan kegiatan anak dalam belajar.
4.   Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah ini juga harus mampumengembangkan segala segi kepribadian anak, disamping kebutuhan anak sebagaianggota masyarakat.
5.   Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak cukup hanyamerencanakan pengajaran klasikal, karena masing-masing anak mempunyai perbedaandalam beberapa segi, misalnya intellegensi, bakat, tingkah laku, sikap, dll.
6.   Guru akan mengajar dengan efektif, bila selalu membuat perencanaan dahulu sebelummengajar. Dengan persiapan mengajar, guru akan merasa mantap dan lebih percayadiri berdiri didepan kelas untuk melakukan interaksi dengan siswa-siswinya.
7.   Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak. Sugesti yang kuat,akan merangsang anak untuk lebih giat lagi dalam belajar.
8.   Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi murid-muridnya, berkenaandengan permasalahan yang timbul pada saat Proses Belajar Mengajar berlangsung.
9.   Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis disekolah. Lingkunganyang saling menghormati, dapat memahami kebutuhan anak, bertenggang-rasa, dll.[6]

V.    KESIMPULAN
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :
A.      Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain adalah mengatur kegiatan belajar siswa, memanfaatkan lingkungan (baik yang ada di kelas maupun di luar kelas), dan memberikan stimulus, bimbingan pengarahan serta dorongan kepada siswa.
B.       Dari beberapa poin di atas kita bisa tahu bahwa tugas seorang supervisor sangat kompleks, sehingga seorang supervisor memang harus benar-benar memahami apa yang menjadi tugasnya kemudian dimungkinkan dapat melakukan tugas-tugas tersebut sebagaimana mestinya. Jika tugas-tugas ini berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya tentu tidak heran dengan keberadaan supervisor akan dapat menciptakan guru yang berkualitas sehingga proses pembelajaran pun menjadi berkualitas demikian pula hasilnya dan pada akhirnya menciptakan pendidikan yang berkualitas
C.       Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula. Maka, untuk mengajar yang efektif dapat dilakukan sesuai dengan syarat-syarat yang telah disebutkan diatas.




















DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.  Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hanania,Syalwa.dalam http://pendidikanguruskolahdasar.blogspot.com/2013/02/peranan-supervisor-dalam.html, diakses pada Ahad 23.3.2015 pukul 20.45
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sardiman, A.M. (2004). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 
Suhardan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung. Alfabeta CV.
Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

 


[1] A.M. Sardiman,  Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) hlm 48
[2] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001) hlm. 44-53
[3] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar., (Bandung: Alfabeta 2003, )hlm. 63
[4] Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengaja, (Bandung: Bumi Aksara. 2010), hlm. 80
[5] Syalwa Hanania, dalam http://pendidikanguruskolahdasar.blogspot.com/2013/02/peranan-supervisor-dalam.html, diakses pada Ahad 23.3.2015 pukul 20.45
[6] Saiful Bahri Djamarah  dan  Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar.  (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm 73

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar