I.
PENDAHULUAN
Pelatihan
merupakan suatu bentuk, pembelajaran yang bermuara pada perubahan sehingga
peran seorang pelatih adalah bertanggung jawab terhadap terjadinya perubahan
sikap dan perilaku orang-orang yang dilatih karena sikap manusia dan prosesnya
yang dinamis.
Dalam
strategi pembelajaran aktif untuk orang dewasa lebih mengembangkan teknik yang
bertumpu pada pengalaman dalam hal ini dikenal dengan proses belajar
berdasarkan pengalaman.
Hal
ini menimbulkan implikasi terhadap pemilihan penggunaan metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang
tepat, dalam hal ini penggunaan berbagai metode pembelajaran pada dasarnya
merupakan untuk melibatkan peserta palatihan.[1]
Pembelajaran
bagi orang dewasa harus dibuat menarik sehingga pembelajaran menjadi hal yang
menyenangkan. Bila keadaan ini tercipta maka diharapkan semua peserta siap
menerima mengembangkan informasi ilmu bahkan dapat menyelesaikan individual
semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar
bukan ditentukan oleh kebutuhan paksaan akademik ataupun biologisnya tetapi
lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan perubahan tugas peranan
sosialnya. Proses pelatihan dimulai sejak perancangan, pelaksanaan hingga
evaluasi.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apa
pengertian media pelatihaB. Bagaimana pentingnya media pelatihan?
C. Apa saja jenis-jenis media?
D. Bagaimana kriteria pemilihan media?
E. Bagaimana diklat sebagai proses komunikasi?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
media pelatihan Media pelatihan merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem pelatihan manajemen, karena berfungsi sebagai unsur penunjang proses pembelajaran, menggugah gairah dan motivasi belajar. Pemilihan dan penggunaan media pelatihan supaya mempertimbangkan (1) tujuan pembelajaran, (2) materi pelatihan, (3) ketersediaan media itu sendiri, (4) kemampuan pelatih yang akan menggunakannya.
Media pelatihan secara
umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapoat
digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian, sumber, lingkungan,
manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs
media pelatihan adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi materi pembelajaran
seperti: buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education
Associaton mengungkapkan bahwa media adalah sarana komunikasi dalam bentuk
cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Posisi media
pembelajaran atau pelatihan oleh karena proses pembelajaran merupakan proses
komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pelatihan menempati
posisi yang cukup penting sebahgai salah satu komponen sistem pembelajaran.
Komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal.
Dari pendapat diatas
disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan
dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.[2]
Tujuan adanya pelatihan
adalah untuk mempermudah pelatihan, meningkatkan efisiensi pelatihan dan
sebagainya. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan satu kesatuan yang
harus didapatkan dari hasil diklat yang diikuti. Dalam memberikan materi
pembelajaran terhadap peserta diklat, salah satu yang mendukung dalam proses
pembelajaran adalah bagaimana seorang fasilitator dapat menggunakan media
pembelajaran. Karena hal ini akan sangat membantu peserta dalam memahami materi
yang diberikan oleh fasilitator sebaliknya fasilitator juga akan lebih mudah
dalam mengekspresikan pengetahuan yang diberikan kepada peserta diklat.
Seharusnya aktivitas
pelatihan memiliki komponen pengantar, komponen utama, dan komponen perangkum
yang secara pararel merupakan keseluryhan struktur dari sesi pelatihan. Dalam
pengantar pelatihan, sediakan deskripsi singkat dari tujuan dan materi (Contents) aktivitas pelatihan.[3]
Saat anda mengembangkan
aktivitas pelatihan, pilih metode pelatihan yang sesuai yang akan membantu anda
dalam objectives yang telah dibuat.
Misalnya, mengembangkan skills akan dicapai dengan baik melalui pemodalan (modeling), praktik, dan feedback. Adapun penerimaan informasi
dapat dicapai melalui diskusi kelompok atau kerja kelompok yang besifaf
kolaboratif. Desain pelatihan yang efektif biasanya mengabungkan sejumlah
metode pelatihan yang kaitannya dengan hal-hal: (a) gaya belajar peserta, (b)
prinsip belajar orang dewasa (andragogy
learning), (c) ukuran kelompok, (d) pengalaman atau tingkat pendidikan
peserta, (e) jenis skills atau pengetahuan yang akan dipresentasikan.
Kegiatan pelatihan erat
kaitannya dengan pekerjaan peserta sekarang atau tugas-tugas yang akan datang
dibebankan kepadanya pada masa yang akan datang. Jika tidak ada kaitannya
dengan pekerjaan peserta, maka kegiatan tersebut mungkin berupa program
pendidikan, tetapi tidak disebut pelatihan.
Pelatihan kaitannya
dengan pendidikan. Dilihat dari berbagai kemampuan yang ingin dikembalikan
seperti disebutkan di atas, maka jelaslah bahwa pelatihan berarti juga
pendidikan. Bila dilihat dari segi pendidikan, maka latihan tercakup di
dalamnya. Dalam UU NO. 2 Tahun 1989 disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan atau latihan-latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Pelatihan juga
sesungguhnya merupakan salah satu bentuk pembinaan ketenangan yang dikenal
sebagai pembinaan fungsional yang dilakukan oleh balai diklat disamping
pembinaan melekat oleh atasan langsung.
Fungsi pelatihan untuk
memperbaiki perilaku (performance)
kerja para peserta pelatihan itu dan mempersipakan promosi ketenagaan kerja
pada jabatan yang lebih tinggi yakni jabatan kepengawasan dan manajemen.
Perbaikan dan
peningkatan perilaku kerja bagi tenaga kerja sangat diperlukan agar lebih mampu
melaksanakan tugas-tugasnya dan diharapkan lebih berhasil dalam upaya
pelaksanaan program kerja organisasi/lembaga. Perilaku yang perlu diperbaiki
dan dikembangkan meliputi aspek-aspek: pengetahuan, keterampilan, dan sikap
kepribadian yang dituntut oleh tugas pekerjaannya.[4]
B.
Pentingnya
media pelatiha
Penggunaan
media dalam proses pelatihan merupakan kebutuhan dan sekaligus keharusan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Banyak
konsep-konsep dalam bahan pelatihan yang memerlukan kesamaan persepsi bagi para
peserta. Bila berbeda kesan, maka dapat menimbulkan salah tafsir dan
mengakibatkan salah dalam tindakan selanjutnya.
2. Dalam-dalam
bidang studi yang disampaikan pada pelatihan terdapat proses-proses kerja yang
sangat lambat, sehingga sulit dilihat dengan mata, dan dapat ditangkap berkat
bantuan media pembelajaran.
3. Ada
pula hal-hal atau kejadian-kejadian yang proses kerjanya sangat cepat sehingga
sangat sulit untuk diamati, misalnya: proses pembuatan keputusan, sehingga
dengan bantuan media pelatihan seperti film strip, atau slide maka proses
tersebut lebih mudah dipelajari.
4. Banyak
benda-benda yang terlampau besar sulit dibawa ke dalam kelas untuk dipelajari,
sehingga dengan bantuan model tiruan barulah benda-benda tersebut dapat
dipelajari dengan mudah, misalnya arus proses produksi, dalam pabrik teh, dan
sebagainya.
5. Banyak
hal-hal yang abstrak ternyata sulit diamati dengan pengindraan, misalnya proses
berpikir memecahkan masalah dan ternyata lebih mudah dipelajari dengan bantuan
bagan arus atau media lainnya.
6. Peristiwa
masa lampau atau kejadian yang mungkin terjadi pada masa datang sangat sulit
diamati. Kejadian masa lampau sudah lewat waktu dan tempatnya sedangkan
kejadian masa datang belum ada dalam kenyataan. Misalnya sistem manajemen
tradisional yang ada pada lembaga tertentu. Kejadian mungkin ada dalam
manajemen berkaitan dengan meningkatnya penggunaan mekanisme serba canggih dio
lingkungan suatu perusahaan. Untuk mempelajarinya diperlukan suatu media
pelatihan yang sesuai dan searasi.
7. Banyak
pula kejadian sehari-hari yang berkenaan dengan masalah manajemen yang lebih
mudahy dipelajari dengan bantuan media pelatihan, yang dapat diamati langsung
pada waktu atau kesempatan tertentu, misalnya pameran produksi.
8. Banyak
proses-proses yang harus dikerjakan dalam mempelajari manajemen, yang
memerlukan bantuan media pelatihan agar menarik perhatian dan minat peserta,
seperti demonstrasi cara memimpin rapat, demonstrasi cara mengkoordinasikan
kegiatan dalam organisasi.
C.
Jenis-jenis
media
Media merupakan
komponen pembelajaran yang meliputi bahan dan peralatan. Dengan maksudnya
berbaagaai pengaruh ke dalam dunia pendidikaan (misalnya teori/konsep baru dan
teknologi), media terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis
format.
Usaha-usaha ke arah
taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz,
mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa
gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan
antara media siar (telecommunication)
dan media rekam (recording). Dengan
demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjadi 8 kategori: a) media
audio visual gerak, b) media audio visual diam, c) media audio semi gerak, d)
media visual gerak, e) media visual diam, f) media semi gerak, g) media audio,
dan h) media cetak.
Sejalan dengan
perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun mengalami perkembangan
melayani pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi
tersebut Azhar Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas empat kelompok: 1)
media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual 3) media
hasil teknologi berbasis komputer, dan 4) meda hasil gabungan teknologi cetak
dan komputer.[5]
Media pembelajaran
berbasis audio adalah media penyaluran pesan lewat indera pendengaran. Di
antara jenis media ini media rekaman dan radio. Media audio merupakan bentuk media
pengajaran yang murah dan terjangkjau dan penggunaannya juga tidak rumit. Oleh
karena itu sudah sewajarnya kalau media tersebut pantas dipertimbangkan sebagai
salah satu alternatif untuk di manfaatkan dalam pembelajaran.
a. Media
rekaman
1) Pengertian,
kelebihan dan kelemahan media rekaman
Rekaman berasal dari
kata dasar rekam yang di antara artinya dalam kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah alur-alur bunyi (suara). Rekaman berarti sesuatu yang direkam dapat
berupa suara, gamabr atau cetakan dan sebagainya. Dalam pembahasan ini media
rekaman berarti suara baik itu berupa suara musik, suara manusia, sura binatang
atau yang lainnya yang digunakan sebagai media pembelajaran. Pesan dan isi
pelajaran dapat direkam pada tape magnetik atau media digital sehingga hasil
rekaman itu dapat diputar kembali pada saat diinginkan. Pesan dan isi pelajaran
itu dimaksudkan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
peserta didik sebagi upaya mendukung terjadinya proses belajar.
Sebagaimana media
pembelajaran lainnya, media rekaman juga memiliki kelebihan dan kelemahan.
Menurut Arief S. Sadiman, dkk, di antara kelebihannya adalah:
a) Media
rekaman dan peralatannya telah menjadi sesuatu yang sangat lumrah dalam rumah
tangga, sekolah, mobil, bahkan kantongan (walkman, mp3). Karena harga yang
cenderung terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, ketersediaannya dapat
diandalkan.
b) Rekaman
dapat digandakan untuk keperluan perorangan sehingga pesan dan isi pelajaran
dapat berada di beberapa tempat pada waktu yang bersamaan.
c) Merekam
peristiwa atau isi pelajaran untuk digunakan kemudia, atau merekam pekerjaan
siswa sendiri dapat dilakukan dengan media audio.
d) Rekaman
memberikan kesempatan kepada kepada siswa untuk mendengarkan diri sendiri
sebagai alat diagnosis guna membantu meningkatkan keterampilan mengucapkan,
membaca, mengaji atau berpidato.
e) Pengoperasian
media rekam relatif mudah.
Adapun
kekurangan atau kelemahan media rekaman adalah sebagai berikut:
a) Dalam
suatu rekaman, sulit menentukan lokasi suatu pesan atau informasi.
b) Kecepatan
merekam dan pengaturan trek yang bermacam macam menimbulkan kesulitan untuk
memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda
dengannya.
2) Peralatan
media rekaman
Peralatan
media rekaman telah mengalami perkembangan sedemikian rupa dari waktu ke waktu.
Dalam tulisan Indra Aziz dijelaskan tahapan-tahapan perkembangan media rekaman
setidaknya telah mengalami empat fase, yaitu gramophone, tape recording,
multitrack recording, dan digital recording.
a) Gramaphone
Alat
perekam suara pertama yaitu phonoautograph penemuan leon scott telah ada
sebelum phonograph penemuan Thomas Alpha Edison yang digunakan untuk
mempelajari gelombang suara pada tahun 1857.
Phonograph,
graphophone dan alat perekam lainnya adalah alat mekanik sampai tahun 1920
dikembangkan player dengan built in
speaker yang mengizinkan pemutaran hasil rekaman dapat lebih keras
volumenya.
b) Tape
Recording
Pada
akhirnya, pengembangan tape recording
yang menggantikan phonograph dan recording optical, karena lebih mudah dan
biayanya yang lebih terjangkau. Tape mulai popular tahun 1950-an. Perkembangan
tape recording ini membawa perubahan yang pesat dalam membuat musik. Karena
dengan tape, proses edit menjadi lebih mudah, pemberian efek fade in dan fade out bisa dilakukan.
Jika sebelumnya seorang yang akan direkam harus mengucapkan suara atau
membawakan lagu dengan sempurna saat direkam, dengan adanya tape recording
proses penambalan dan edit yang lebih mudah, berbagai kesalahan dapat
diperbaiki dengan mudah.
c) Multitrack
Recording
Pada
tahun 1940-an dimulainya eksperimen dengan menggunakan multitrack recording
yang terus berkembang menjadi lebih rumit hingga tahun 1960-an. Dengan adanya
multitrack recording, teknik merekam dengan memisahkan grup artis dapat
dilakukan.
d). Digital Recording
Digital
Recording Mulai tahun 1980-an teknologi digital
recording mulai berkembang. Tahun 1984 Sony memperkenalkan Compact Disk (CD) yang berbentuk seperti
cakram kecil dengan lubang di tengahnya. Ide dari pembuatan CD ini adalah
merampingkan bentuk media penyimpanan musik populer selama ini yaitu kaset yang
dirasa terlalu besar. Disamping itu pengenalan CD ini juga bertujuan untuk
membuat kualitas audio yang dihasilkan menjadi lebih baik selain kepraktisan
dalam penyimpanan.
3) Penggunaan
media rekaman
Media
rekaman dapat digunakan dalam semua fase pembelajaran mulai dari tahap
pendahuluan (pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan topik bahasa dan
melakukan apersepsi), kegiatan inti maupun kegiatan menutup. Penggunaan media
rekaman sangat mendukung sistem pembelajaran tuntas (mastery learning). Peserta didik yang belajarnya lamban dapat
memutar kembali dan mengulangi bagian-bagian yang belum dikuasainya. Dilai
pihak, peserta didik yang dapat belajar dengan cepat bisa maju terus sesuai
dengan tingkat kecepatan belajarnya.
Meskipun
tidak ada prosedur baku tentang penggunaan bahan-bahan rekaman, sebaiknya
materi rekaman itu disajikan dengan mengikuti langkah-langkah yang bisa diikuti
menggunakan materi pelajaran dalam bentuk lain.[6]
Program
rekaman dapat pula dijadikan kegiatan di rumah. Untuk membuat kegiatan
mendengar di luar kelas atau di rumah lebih efektif dan produktif, berbagai
teknik dapat digunakan, antara lain: 1) melibatkan peserta didik dalam berbagai
kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan rekaman yang baik, 2) menghubungkan
kegiatan mendengar di luar kelas dengan tugas-tugas sekolah, seperti mendorong
peserta didik untuk membuat laporan atau diskusi berdasarkan hasil kegiatan
mendengar di rumah, dan 3) mendiskusikan dan memeriksa cara di mana kebiasaan
belajar di rumah bisa ditingkatkan.
b. Media
radio
1) Pengertian,
kelebihan dan kelemahan media radio
Istilah
radio dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan: 1) siaran (pengiriman)
suara atau bunyi melalui udara, 2) pemancar radio, dan 3) pesawat radio. Dari
pengertian ini dapat dipahami bahwa ada tiga unsur yang terlibat dalam
operasionaliasi radio, yaitu pesan atau materi siaran, pemancar radio yang
berperan memancarkan suara, dan pesawat radio yang berperan sebagai penerima
siaran sehingga bisa didengar oleh para pendengar. Dalam wikipedia, radio diartikan sebagai teknologi yang digunakan untuk
pengiriman sinyal dengan cara memodulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang
elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga
merambat lewat ruang angkasa yang hampa uadara, karena gelombang ini tidak
memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
Radio
sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dan sekaligus kelemahan. Menurut
koyo K, dkk, di antara kelebihan media radio adalah: 1) harganya relatif murah
dibanding media TV, 2) sifatnya mobile, artinya radio dapat dipindah-pindahkan
dari satu ruangan keruangan lain dengan mudah, 3) jika digunakan bersama-sama
dengan tape recorder, radio bisa mengatasi problema jadwal, program dapat
direkam dan diputar lagi sesuka kita, 4) radio dapat mengembangkan imajinasi
anak, 5) dapat merangsang partisipasi aktif dari para pendengar, 6) radio dapat
memusatkan perhatian peserta didik pada kata-kata yang digunakan, pada bunyi
dan artinya, 7) radio dapat mengerjakan hal-hal tertentu secara lebih baik bila
dibandingkan dengan jika dikerjakan oleh guru, 8) radio dapat mengatasi ruang
dan waktu, serta jangkauannya yang luas.
Sementara
itu kelemahan media radio menurut koyo K, dkk. Adalah: 1) sifat komunikasinya
hanya satu arah, 2) biasanya siaran disentralisir sehingga guru tidak dapat
mengontrolnya, 3) penjadwalan pelajaran dari siaran sering menimbulkan masalah,
integrasi siara radio ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas sering kali
menyakitkan.
2) Sejarah
dan perkembangan media radio
Sejarah
radio adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan radio yang
menggunakan gelombang radio. Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisasikan
melalui gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM),
maupun mudulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal seperti ini dibuat
disebut analog. Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi ditemukanlah
internet, dan sinyal seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring
perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan sinyal digital yang kemudian
mengubah cara transmisi sinyal radio. Secara garis besar sejarah perkembangan
radio diuraikan pada bagian berikut yang diadaptasi uraian dalam ensiklopedia
Wikipedia.
a. Radio
AM
Radio
AM (modulasi amplitudo) bekerja dengan prinsip memodulasikan gelombang radio
dan gelombang audio. Kedua gelombang ini sama-sama memiliki amlpitudo yang
konstan. Namun proses memudulasi ini kemudia mengubah amplitudo gelombang
penghantar (radio) sesuai dengan amplitudo gelombang radio.
Pada
tahun 1896 ilmuwan italia, Guglielmo Marconi mendapat hak paten atas telegraf
nirkabel yang menggunakan dua sirkuit. Pada saat itu sinyal ini hanya bisa
dikirim pada jarak dekat. Namun, hal inilah yang memulai perkembangan radio.
b. Radio
FM
Radio
FM (modulasi frekuensi) bekerja dengan prinsip yang serupa dengan radio AM,
yaitu dengan memodulasi gelombang radio (penghantar) dengan gelombang audio.
Hanya saja, pada radio FM proses memodulasi ini menyebabkan perubahan pada
frekuensi.
c. Radio
internet
Penemuan
internet mulai mengubah transmisi sinyal analog yang digunakan oleh radio
konvensional. Radio internet (dikenal juga sebagai web radio, radio streaming dan e-radio) bekerja dengan cara
mentransmisikan gelombang suara lewat internet.
d. Radio
satelit
Radio
satelit mentransimisikan gelombang audio menggunakan sinyal digital. Berbeda
dengan sinyal analog yang menggunakan gelombang kontinu, gelombang suara
ditransmisikan melalui sinyal digital yang terdiri atas kode-kode binar 0 dan
1.
e. Radio
Berbasis Tinggi (HD radio)
Radio
yang dikenal juga sebagai radio digital ini bekerja dengan menggaabungkan
sistem analog dan digital sekaligus. Dengan begitu memungkinkan dua stasiun
digital dan analog berbagi frekuensi yang sama. Efesiensi ini membuat banyak
konten bisa disiarkan pada posisi yang sama.
3) Pemanfaatan
radio untuk pembelajaran
Peranan
media radio dalam kegiatan pembelajaran bisa berperan sebagai suatu kegiatan
yang mandiri, atau melengkapi media utama lainnya, ataupun sebagai media utaa
yang dibantu dengan media-media lainnya atau bersama-sama dengan media lainnya.
Siaran
radio hanya bisa mengirimkan pesan dalam bentuk auditif. Sasaran menerimanya
seperti orang buta mendengarka, dan program siaran dalam mengirimkan pesannya
seperti orang berbicara dengan bayangan dalam cermin. Sasaran tidak bisa menerima
pesan dalam bentuk lambang-lambang visual, sedangkan presentasinya harus bisa
melihat kondisi dan keadaan sasaran tanpa dapat berkomunikasi langsung secara
timbal balik.
Media
sasaran radio dalam kegiatan instruksional harus bisa menciptakan situasi
komunikasi manusiawi, bukan sekedar komunikasi elektronika. Oleh karenanya,
siaran radio aakan memperhitungkan timbulnya ide-ide baru pada waktu komunikasi
sedang berlangsung dengan mengutamakan pesan-pesannya yang dipersiapkan
terlebih dahulu, untuk memungkinkan proses interaksi kegiatan belajar
mengajarnya bisa saling mempengaruhi.[7]
D.
Kriteria
pemilihan media
Media
sebagai komponen pembelajaran perlu dipilih sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi secara efektif. Pemilihan suatu media tertentu oleh seorang guru
didasarkan atas pertimbangan anatara lain: a) ia merasa sudah akrab dengan
media itu papan tulis atau proyektor transparansi b) ia merasa bahwa media yang
yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri
misalnya diagram pada flip chart, atau c) media yang dipilihnya dapat menarik
minat dan perhatian peserta didik, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih
terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat
memenuhui kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan.
Menurut
Azhar Arsyad dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip
psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan
media adalah sebagai berikut:
Pertama, yaitu
motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan utuk belajar dari pihak
peserta didik sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan.
Kedua, yaitu perbedaan
individual. Peserta didik belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang
berbeda-beda.
Ketiga,
tujuan pembelajaran. Jika peserta didik diberitahukan apa yang diharapkan
mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam
pembelajaran semakin besar.
Keempat,
adalah organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau
keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam
urutan-urutan yang bermakna.
Kelima,
yaitu persiapan sebelum belajar. Peserta didik sebaiknya telah menguasai secara
baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai
yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan
kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada
sifat dan tingkat persiapan peserta didik.[8]
Di
tambah oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rifai bahwa dalam memilih media sebaiknya
mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Ketepatannya
dengan tujuan/kopmpetensi, yang ingin dicapai.
b. Ketepatan
untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi.
c. Keterampilan
guru dalam menggunakannya.
d. Tersedia
waktu untuk mengggunakannya sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi
peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
E.
Diklat
sebagai proses komunikasi
Komponen
yang terdapat dalam proses komunikasi dalam proses pembelajaran ataupun diklat
sebagai berikut:
1. Pesan
dalam proses pembelajaran adalah guru.
2. Sumber
pesan dalam proses pembelajaran berupa materi pembelajaran.
3. Saluran
atau media alat bantu pembelajaran.
4. Penerima
pesan siswa (pembelajaran).
Hal
pertama dalam komunikasi adalah proses penuangan pesan aktivitas yang dilakukan
dalam penuangan pesan berupa materi pelajaran, adalah mengenal pasti
sumber-sumber pengetahuan yang akan disampaikan atau dituangkan
mempertimbangkan kelemahan dan kekuatan sumber, serta pesan dapat dituangkan
dengan simbol-simbol komunikasi (verbal, non-verbal, visual, dan audio-visual).
Dalam
proses penafsiran pesan, adakalanya berhasil dan tidak berhasil keberhasilan
penafsiran terjadi karena kemampuan, keseriusan kecepatan memahami pesan yang
dilihat, didengar dan diamati. Sedangkan kegagalan penafsiran pesan dapat
disebabkan oleh kurangnya kemampuan, kurangnya keseriusan dalam menerima dan
memahami pesan yang dilihat, didengar, dan dimengerti.
Hambatan
yang terjadi dalam proses komunikasi dapat berasal dari dalam (internal) maupun
dari luar (eksternal).
a. Hambatan
internal, berasal dari diri siswa atau pembelajaran itu sendiri dapat berupa
hambatan psikologis (minat, sikap, mendapat kepercayaan intelegensi,
pengetahuan dll) dan hambatan fisik (kelelahan sakit, keterbatasan daya indera,
dan cacat tubuh.
b. Hambatan
eksternal berasal dari lingkungan pembelajaran. Dapat berupa hambatan kultural
(adat istiadat, kepercayaan, norma sosial, dan nilai-nilai panutan) dan
hambatan lingkungan (suasana yang panas, bising).
Secara
umum hambatan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan media di kelas dalam
proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan fungsi media yang digunakan untuk
mempermudah proses belajar sehingga proses belajar dapat berjalan secara
efektif dan efesien dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat,
pengajar dapat mengatasi sikap pasif pembelajar.
IV.
ANALISIS
Dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar, kita dapat mempergunakan bermacam-macam
bentuk media pembelajaran, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Dalam rangka kegiatan pendidikan dan pelatihan ada beberapa media yang
digunakan, mulai yang paling sederhana sampai kepada yang canggih. Peran media
tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan dengan esensi tujuan
diklat yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pelatihan harus dijadikan
sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media titik.
Manakala
diabaikan , maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran , tetapi
sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Dalam
proses pendidikan, media telah dikenal sebagai alat bantu pelatihan yang
seharusnya dimanfaatkan media dalam proses pelatihan pada umunya disebabkan
oleh berbagai alasan seperti persiapan waktu, pelatihan terbatas, biaya tidak
tersedia dll.Hal ini tak perlu muncul apabila pengetahuan akan ragam dan
klasifikasi serta kemampuan media diketahui oleh pelatih.
Media
sebagai alat bantu dalam penyelenggaraan berkembang demikian pesatnya sesuai
pembangunan teknologi jenis mediapun sangat banyak sehingga dapat dimanfaatnya
sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan,
setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan menayangkan pesan dan
informasi.
V.
KESIMPULAN
A. Media
pelatihan secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu
yang dapoat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan atau keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian, sumber,
lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk pelatihan.
B. Pentingnya
media pelatihan
Penggunaan
media dalam proses pelatihan merupakan kebutuhan dan sekaligus keharusan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Banyak
konsep-konsep dalam bahan pelatihan yang memerlukan kesamaan persepsi bagi para
peserta. Bila berbeda kesan, maka dapat menimbulkan salah tafsir dan
mengakibatkan salah dalam tindakan selanjutnya.
b. Dalam-dalam
bidang studi yang disampaikan pada pelatihan terdapat proses-proses kerja yang
sangat lambat, sehingga sulit dilihat dengan mata, dan dapat ditangkap berkat
bantuan media pembelajaran.
c. Ada
pula hal-hal atau kejadian-kejadian yang proses kerjanya sangat cepat sehingga
sangat sulit untuk diamati, misalnya: proses pembuatan keputusan, sehingga
dengan bantuan media pelatihan seperti film strip, atau slide maka proses
tersebut lebih mudah dipelajari.
d. Banyak
benda-benda yang terlampau besar sulit dibawa ke dalam kelas untuk dipelajari,
sehingga dengan bantuan model tiruan barulah benda-benda tersebut dapat
dipelajari dengan mudah, misalnya arus proses produksi, dalam pabrik teh, dan
sebagainya.
e. Banyak
hal-hal yang abstrak ternyata sulit diamati dengan pengindraan, misalnya proses
berpikir memecahkan masalah dan ternyata lebih mudah dipelajari dengan bantuan
bagan arus atau media lainnya.
Peristiwa
masa lampau atau kejadian yang mungkin terjadi pada masa datang sangat sulit
diamati. Kejadian masa lampau sudah lewat waktu dan tempatnya sedangkan
kejadian masa datang belum ada dalam kenyataan. Misalnya sistem manajemen
tradisional yang ada pada lembaga tertentu. Kejadian mungkin ada dalam
manajemen berkaitan dengan meningkatnya penggunaan mekanisme serba canggih dio
lingkungan suatu perusahaan. Untuk mempelajarinya diperlukan suatu media pelatihan
yang sesuai dan searasi.
Banyak
pula kejadian sehari-hari yang berkenaan dengan masalah manajemen yang lebih
mudahy dipelajari dengan bantuan media pelatihan, yang dapat diamati langsung
pada waktu atau kesempatan tertentu, misalnya pameran produksi.
Banyak
proses-proses yang harus dikerjakan dalam mempelajari manajemen, yang
memerlukan bantuan media pelatihan agar menarik perhatian dan minat peserta,
seperti demonstrasi cara memimpin rapat, demonstrasi cara mengkoordinasikan
kegiatan dalam organisasi.
C. Jenis-jenis
media pelatihan
media
menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjadi 8 kategori: a) media audio visual
gerak, b) media audio visual diam, c) media audio semi gerak, d) media visual
gerak, e) media visual diam, f) media semi gerak, g) media audio, dan h) media
cetak.
D. Kriteria
pemilihan media
Nana
Sudjana dan Ahmad Rifai bahwa dalam memilih media sebaiknya mempertimbangkan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Ketepatannya
dengan tujuan/kopmpetensi, yang ingin dicapai.
b. Ketepatan
untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi.
c. Keterampilan
guru dalam menggunakannya.
d. Tersedia
waktu untuk mengggunakannya sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi
peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
E. Diklat
sebagai proses kominikasi
Komponen
yang terdapat dalam proses komunikasi dalam proses pembelajaran ataupun diklat
sebagai berikut:
1. Pesan
dalam proses pembelajaran adalah guru.
2. Sumber
pesan dalam proses pembelajaran berupa materi pembelajaran.
3. Saluran
atau media alat bantu pembelajaran.
4. Penerima
pesan siswa (pembelajaran)
VI.
PENUTUP
Demikian
makalah yang dapat kami sajikan. Kami sadari masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagikit semua.
[1]
Oemar Hamalik, Manaqjemen Pelatihan Ketenagakerjaan
Pendekatan Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 66
[2] Sondang P. Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja,
(Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009), hlm. 159
[3] Aep Burhanudin, Manajemen Pelatihan, (Jakarta: CV
Visindo Media Persada, 2006), hlm. 30
[4] Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan
Pendekatan Terpadu, hlm. 63-66
[5] Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: PT Pustaka Insani
Madani, 2012), hlm. 44-46
[6]
Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA, 2011), hlm. 162-165
[7]
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran....hlm.47-51
[8]
Wisna Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Perencanaan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2007), hlm. 207-211
Tidak ada komentar:
Posting Komentar