Senin, 25 Mei 2015

PENELITIAN DISKRIPTIF BIDANG PENDIDIKAN


PENELITIAN DISKRIPTIF BIDANG PENDIDIKAN
I.            PENDAHULUAN
                  Kegiatan penelitian dilakukan sebagai upaya memahami dan memecahkan masalah Dalam berbagai bidang pendidikan. selalu ada masalah baik yang bersifat sederhana maupun kompleks. Penelitian pendidikan memfokuskan pada masalah-masalah yang timbul dalam sistem pendidikan, dengan upaya memahami permasalahan yang dihadapi dalam bidang pendidikan, dengan mencari bukti dan dilakukan dengan menempuh langkah-langkah tertentu yang bersifat ilmiah, sistematis, dan logis, sehingga ditemukan jawaban atau pemecahan terhadap masalah tersebut.
                  Penggolongan jenis penelitian pendidikan berbeda-beda menurut segi mana penelitian ditinjau. Dari segi sifat permasalahannya, penelitian pendidikan dapat digolongkan menjadi delapan, yaitu penelitian historis, deskriptif, perkembangan, kasus dan penelitian lapangan, korelasional, kausal-komparatif, ekperimental, dan penelitian tindakan (Margono S, 2010: 7). Bila kita membuka pustaka tentang berbagai laporan penelitian, baik yang berbentuk skripsi, tesis, dan disertasi, laporan profesional maupun artikel ilmiah hasil penelitian dalam berbagai jurnal atau media lain, akan dijumpai bagian terbesar dari penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Hal ini disebabkan, sangat banyak masalah yang cocok untuk diteliti melalui penelitian deskriptif, dan pelaksanaannya pun diasumsikan lebih mudah dari penelitian lain, sehingga penelitian ini cukup populer. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lengkap mengenai penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan.[1]

II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah pengertian dan tujuan dari penelitian deskriptif?
B.     Apa saja jenis-jenis penelitian deskriptif?
C.     Bagaimanakah langkah-langkah penelitian deskriptif?

III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian penelitian deskriptif dan tujuan penelitian deskriptif
            Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilakukan. Dalam penelitian deskriptif, tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan seperti yang dapat ditemui dalam penelitian eksperimen. Tujuan penelitian ini adalah untuk melukiskan variabel atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi.
            Penelitian deskriptif biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesis. Misalnya, seorang administratur sekolaqh ingin mengetahui berapa siswa baru yang mungkin dapat diterima di sekolah tahun depan sehingga dapat dibuat rencana pemanfaatan fasilitas dan staf sekolah seefektif mngkin dalam menampung seluruh populasi sekolah. Penerimaan siswa baru itu tidak perlu diteliti sebagai variabel yang dikaitkan dengan variabel lainnya. Dengan kata lain, administratur tersebut tidak menguji hipotesis, melainkan mencari informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
            Pada umumnya tujuan utama Penelitian diskriptif untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangannya, akhir-akhir ini metode penelitian deskriptif banyak digunakan oleh peneliti karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.[2]
            Di samping kedua alasan tersebut di atas, penelitian deskriptif pada umumnya menarik bagi para peneliti muda, karena bentuknya sangat sederhana dengan mudah dipahami tanpa perlu memerlukan teknik statiska yang kompleks. Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya. Karena penelitian ini sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok anak, maupun perkembangan individual. Penenelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penenelitian naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik malalui deskriptif mendalam atau dengan penelitian seting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick description (deskripsi mendalam) atau dalam penelitian ex-postfacto dengan hubungan antarvariabel yang lebih kompleks.
            Peneltian deskriptif yang baik sebenarnya memiliki proses dan sadar yang sama seperti penelitian kuantitatif lainnya. Disamping itu ini juga memerlukan tindakan yang teliti pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subjek atau objek yang diteliti mendekati kebenaranya. Sebagai contoh, tujuan harus diuraikan secara jelas, permasalahan yang diteliti signifikan, variabel penelitian dapat diukur, teknik sampling harus ditentukan secara hati-hati, dan hubungan atau komparasi yang tepat perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran objek atau subjek yang diteliti secara lengkap dan benar.
            Dengan penelitian deskriptif, memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari hubungan komparasi antar variabel.
            Keunikan yang ada pada metode penelitian deskriptif antara lain seperti berikut :
1.      Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yag sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
2.      Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, terkadang dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang terlatih dalam observasi, dan jika perlu membuat chek list lebih dahulu tentang objek yang perlu dilihat, sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan secara objektif dan reliable.
3.      Penelitian deskriptif juga membutuhkan permasalahan yang harus diindentifikasi dan dirumuskan dengan jelas, agar peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring dat Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. [3]
            Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para peneliti karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.
            Penelitian deskriptif pada umumnya menarik para peneliti muda, karena bentuknya sangat sedarhana dengan mudah di pahami tanpa perlu memerlukan teknik statistika yang kompleks. Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya. Karena penelitian ini sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok anak, maupun perkembangan individual. Penelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penelitian naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik malalui deskriptif mendalam atau dengan penelitian setting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick description (deskripsi mendalam) atau dalam penelitian ex-postfacto dengan hubungan antarvariabel yang lebih kompleks.
a ketika di lapangan.[4]
B.     Apa saja jenis-jenis penelitian deskriptif
            Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang berhubungan dengan upaya menjawab masalah-masalah yang ada sekarang dan memaparkanya berdasarkan data yang ditemukan. Oleh karena berkaitan dengan masalah yang sedang berlangsung, maka semua jenis penelitian itu pada dasarnya bersifat deskriptif, kecuali penelitian eksperimen (experiment research) dan penelitian sejarah (historical research). Kedua jenis penelitian ini memiliki kekhasan tersendiri baik dalam menentukan rumusan masalah yang diselidiki, maupun dalam menentukan desain penelitiannya serta menentukan instrumen, dan menganalisis data.
            Penelitian deskriptif banyak macamnya dari mulai yang sederhana sampai yang kompleks. Berikut ini diuraikan di antaranya:
1.      Metode survei
      Metode penelitian survei, merupakan metode penelitian yang cukup tua khususnya dalam ilmu-ilmu sosial. Lazzarsfield dan Sieber (Wolter R. Borg dan Meredith Damein Gall, 1979) menjelaskan hasil analisis mereka terhadap sekitar 40 jurnal pendidikan yang terbit tahun 1964, ternyata satu pertiganya menggunakan metode survei. Hal ini membuktikan bahwa metode penelitian deskriptif dalam bentuk survei, bukan saja sudah cukup lama dikenal akan tetapi sudah banyak dipraktekan oleh para peneliti bidang kependidikan.[5]
      Dalam penelitian pendidikan metode survei adalah metode penelitian diskriptif untuk memperoleh dan memaparkan data dari gejala-gejala yang ada serta menemukan keterangan-keterangan faktual tentang berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan. Kegiatan survei bisa dilakukan terhadap semua sekolah dalam satu wilayah tertentu atau mungkin lebih dari itu. Banyak permasalah pendidikan yang dapat diteliti dengan metode survei. Misalnya topik tentang kondisi berguna sekolah dan sistem pemeliharaannya, sistem administrasi sekolah, staf pengajar, kurikulum sekolah, metode dan sistem pembelajaran dan lain sebagainya. Dari topik-topik tersebut dapat kita rumuskan masalah yang sekiranya menarik dan sesuai dengan minat kita.
2.      Studi kasus (Case Study)
      Dalam bidang pendidikan studi kasus dapat diartikan sebagai metode penelitian deskriptif untuk menjawab permasalahan pendidikan yang mendalam dan komprehensif dengan melibatkan subjek penelitian yang terbatas sesuai dengan jenis kasus yang diselidiki. Subjek penelitian dalam studi kasus bisa individu, kelompok, lembaga, atau golongan masyarakat tertentu. Segala aspek yang berkaitan dengan kasus dianalisis secara mendalam, sehingga diperoleh generalisasi yang utuh.
      Studi kasus berbeda dengan metode survei. Kalau survei melibatkan populasi sebagai sumber data yang banyak, bahkan tidak terhingga namun mengkaji pernasalahan yang sempit dan terbatas, maka sebaliknya dengan dengan studi kasus yakni penelitian yang melibatkan populasi sebagai sumber data yang terbatasn namun masalah yang diselidiki sangat mendalam.
3.      Penelitian korelasi (Correlational Research)
      Penelitian korelasi adalah penelitian deskriptif yang dilakukan untuk mencari hubungan antara dua faktor pada sekelompok sebjek penelitian.
      Penelitian korelasi juga berbeda dengan penelitian perbandingan (Comparative study). Dalam penelitian yang membandingkan satu hal, sedangkan dalam penelitian korelasi penelitian hendak mencari hubungan dua hal dalam satu kelompok subjek penelitian. Misalnya kita hendak menyelidiki “hubungan atau korelasi antara motivasi dan prestasi belajar siswa SMP Negeri Cijenge”. Dalam proses penelitian kita meneliti satu kelompok siswa yaitu siswa SMP Negeri Cijenge, dengan meneliti hubungan dua variabel yaitu motivasi dan prestasi belaajar.
4.      Studi perbandingan (Comparative study)
      Dalam bidang pendidikan studi perbandingan dapat diartikan sebagai penelitian deskriptif untuk mencari jawaban secara mendasar tentang hubungan sebab akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena tertentu. Salah satu kesulitas studi perbandingan adalah kesukaran dalam memastikan apakah gejala-gejala yang muncul itu memang benar disebabkan oleh faktor-faktor yang diteliti atau bukan.
5.      Penelitian deskriptif berkesinambungan (Contiinuity descriptive research)
      Metode penelitian berkesinambungan adalah penelitian deskriptif yang dilakukan secara terus-menerus dalam periode tertentu atas subjek penelitian tertentu pula, sebagai upaya untuk merumuskan generalisasi suatu situasi dan keadaan atau fenomena tertentu dengan menganalisis secara cermat tentang berbagai perubahan yang terjadi dalam interval waktu tertentu. Berdasarkan konsep di atas, ada beberapa karakteristik dari penelitian berkesinambungan. Pertama, dilihat dari subjek penelitiannya, studi berkesinambungan ini, cenderung berupa studi kasus, sebab tidak melibatkan populasi secara universal. Kedua, studi berkesinambungan ditandai dengan mengamati segala perubahan terkait dengan objek penelitian terhadap subjek dalam interval waktu tertentu. Ketiga, data yang terkumpul dapat dianalisis bai secara kuantitatif atau kualitatif, tergantung dari rumusan masalah yang diteliti.
      Contoh penelitian pendidikan dengan menggunakan metode berkesinambungan ini adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Whitney dan Milholland (1930), tentang status akademik mahasiswa dari mulai mahasiswa tingkat persiapan sampai dengan lulus menjadi sarjana muda. Selama empat tahun lamanya mereka mempelajari status akademis mahasiswa Colorado State College Of Education.[6]

C.    Bagaimanakah langkah-langkah penelitian deskriptif
            Seperti penelitian pada umunmnya, penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan secara umum terdiri atas langkah-langkah sebagai berik:
1.      Mengidentifikasi masalah penelitian
      Penelitian deskriptif diawali dengan melakukan indentifikasi masalah, yakni memaparkan permasalah yang muncul sekitar tema masalah. Berdasarkan identifikasi masalah itulah kita dapat merumuskan asumsi-asumsi penelitian, sehingga hal ini akan berguna untuk menyakinkan bahwa masalah yang akan diteliti itu merupakan masalah aktual yang penting untuk dijawab. Identifikasi masalah bisa dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi fenomena yang terjadi, baik secara langsung maupun tidak langsung, yakni melaui analisis bahan bacaan atau mengutif pendapat orang yang dianggap ahli.
2.      Merumuskan dan membatasi masalah
      Apabila masalah sudah teridentifikasi dan dipaparkan, selanjutnya disusun beberapa rumusan masalah yang dianggap urgen dan dapat direliti. Biasanya rumusan masalah tersebut disusun dengan menggunakan kalimat tanya. Hal ini dimaksudkan agar rumusan tersebut lebih fokus sehingga sehingga tercermin jenis data yang harus dikumpulkan, instrumen pengumpulan datanya serta bagaimana cara mengumpulkannya. Dengan demikian bisa dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian. Masalah yang telah dirumuskan, selanjutnya dibatasi sesuai dengan kemampuan dan minat peneliti. Pembatasan masalah diperlukan untuk menghindari keluasan masalah penelitian itu sendiri, yang dapat menyulitkan peneliti dalam melaksanakan proses penelitian.
3.      Melakukan studi pustaka
      Studi pustaka penting dilakukan agar peneliti memahami lebih luas dan lebih dalam tentang tema penelitian. Pemahaman yang mendalam dapat menumbuhkan kepercayaan diri pagi peneliti untuk untuk membangun kerangka berpikir yang utuh sehingga peneliti dapat memetakan konsep-konsep dan teori yang relevan dengan tema penelitian. Apabila penelitian deskriptif itu berkaitan dengan rumusan hipotesis, maka melakukan studi pustaka dapat membantu untuk membangun hipotesis yang dapat dipertanggungjawabkan. Sering terjadi, peneliti tadak memahami teori mana yang relevan dengan tema penelitian, akibatnya ketika harus membahas hasil penelitian, pembahasan menjadi dangkal, kering, dan tidak fokus. Padahal pembahasan hasil penelitian adalah inti dari penelitian itu sendiri. Artinya bermakna atau tidaknya hasil penelitian baik secara teoretis maupun praktis, sangat tergantung kepada hasil pembahasan kita.
4.      Merumuskan hipotesis (Apabila diperlukan)
      Adakalanya penelitian deskriptif tidak hanya sekedar menggambarkan fenomena yang terjadi, akan tetapi juga menguji hipotesis, misalnya penelitian korelasi, yakni penelitian tentang hubungan antara dua variabel, atau studi perbandingan, yakni penelitian yang membandingan antara dua variabel. Walaupun dalam penelitian korelasi atau studi perbandingan tidak mencari apa yang akan terjadi pada variabel tertentu mana kala variabel yang lain diberi suatu perlakuan seperti pada penelitian dengan menggunakan metode eksperimen, namun, karena penelitian itu pun menguji dua buah fenomena maka itu pun sama dengan penelitian yang terlebih dahulu harus merumuskan hipotesis dan kemudian mengujinya dengan ukuran-ukuran statistik.
5.      Mengembangkan instrumen penelitian
      Instrumen penelitian dikembangkan sesuai dengan masalah penelitian. Untuk memudahkan dalam menetapkan jenis instrumen yang akan dikembangkan, sebaiknya dibuat kisi-kisi terlebih dahulu. Melalui kisi-kisi itulah dapat tergambarkan jenis data yang diperlukan, dan berdasarkan jenis data itulah selanjutnya dapat ditetapkan instrumen macam apakah yang diperlukan dalam penelitian kita. Adakalanya dalam merancang penelitian, kita membutuhkan lebih dari satu jenis instrumen penelitian. Itu tidak menjadi masalah dan kalau ini terjadi kita dapat menentukan mana instrumen utama dan mana yang hanya menjadi instrumen pendukung.
6.      Menentukan subjek penelitian
      Dalam penelitian deskriptif, subjek peneltian berfungsi sebagai sumber data. Ketepatan hasil peneltian sangat ditentukan oleh sumber data itu sendiri. Adakalanya dalam penelitian deskriptif sumber data itu hanya terdiri atas beberapa orang saja seperti pada studi kasus, sehingga peneliti menganggap semua subjek penelitian merupakan sumber data karena memang subjek penelitiannya terbatas, namun adakalanya juga peneliti berhadapan dengan sumber data yang luas dan sangat banyak sehingga harus menetapkan populasi dan sampel penelitian, misalnya dalam penelitian survei. Hal itu tentu saja tidak perlu kita hindari. Apakah penelitian kita melibatkan populasi sehingga harus ditetapkan terlebih dahulu anggota sampel beserta teknik pengambiulannya atau pun tidak, yang jelas hal ini dapat memengaruhi instrumen penelitian yang dikembangkan
7.      Melaksanakan penelitian atau mengumpulkan data
      Pelaksanaan penelitian kita lakukan sesuai pedoman atau kisi-kisi penelitian. Adakalanya pelaksanaan penelitian cukup dilakukan oleh peneliti itu sendiri, akan tetapi tidak jarang pula proses penelitian membutuhkan bantuan orang lain, kalau seandainya cara yang ini yang kita tetapkan tentu saja orang yang akan membantu kita perlu kita berikan semacam pelatihan agar mereka memahami tujuan penelitian kita, sehingga mereka dapat menentukan sendiri harus bagaimana mereka bertindak.
8.      Menganalisis data (Menguji hipotesis kalau dianggap perlu)
      Data yang sudak terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu, tidak akan memberikan informasi apa pun tanpa dianalisis. Apabila data itu bersifat kualitatif maka dianalisis secara kualitatif juga, sebaliknya kalau data itu bersifat kuantitatif, maka data dianalisis secara kuantitatif juga, kecuali data kualitatif yang dapat dikuantitatifkan, seperti angket dalam bentuk skala, maka dapat diolah dengan cara kuantitatif. Kalau penelitian deskriptif mengajukan hipotesis, maka menganalisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yang kita ajukan yang biasanya melalui analisis statistik, namun apabila kita bertujuan hanya menggambarkan fenomena yang terjadi, maka analisis data dilakukan untuk mendeskripsikan sesuatu apa adanya, sesuai dengan interpretasi dari hasil analisis data tersebut. Walaupun peneliti mengadakan perhitungan-perhitungan statistik, maka fungsinya hanya untuk membantu analisis data kualitatif.
9.      Membahas hasil penelitian dan menarik simpulan
      Membahas hasil penelitian adalah proses menginterpretasikan data yang diperoleh dan membandingkannya dengan teori yang kita ajukan melalui studi pustaka, sehinngga kita dapat memberikan argumentasi atau rasionalitas hasil penelitian.Dengan rasionalitas itulah pada gilirannya kita menolak atau mendukung suatu teori. Tidak menutup kemungkinan berdasarkan analisis data yang kita bahas, kiya dapat menetapkan prinsip-prinsip tertentu sesuai dengan tema penelitian. Simpulan penelitian kita rumuskan sesuai dengan masalah penelitian. Simpulan disusun berdasarkan data dan pembahasan penelitian.
10.  Menyusun laporan dan mempublikasikannya
      Akhir dari sebuah proses penelitian adalah menyusun laporan dan memublikasikannya. Laporan penelitian disusun sesuai dengan ketentuan sponsor, baik dalam menentukan halaman muka, batang tubuh atau isi laporan maupun menentukan bagian penutup. Jangan lupa laporan hasil penelitian perlu dipublikasikan baik melalui jurnal atau melalui kegiatan ilmiah sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang yang berkepentingan.

IV.            ANALISIS
      Metode penelitian adalah sebuah netode yang harus dipilih untuk memulai sebuah penelitian. Metodologi penelitian merupakan bagian yang biasanya menjelaskan tentang cara peneliti melakukan penelitian dan dengan cara bagaimana peneliti akan menyelesaikan penelitian tersebut. Dalam metodologi penelitian.
Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis.
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi.
Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel), bisa juga lebih dan satu variabel. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan.
Tujuan utama dari penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang telah diteliti. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menghasilkan gambaran akurat, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
Secara garis besar, penelitian dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu dari berbagai metode penelitian. Penelitian deskriptif bisa dilakukan dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian deskriptif dikenal dengan penelitian non eksperimental karena data yang akan diteliti, baik data saat ini maupun data di masa lalu, sudah ada dan tidak mungkin dimanipulasi. 

V.            KESIMPULAN
      Penelitian diskriptif juga merupakan penelitian dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.
      Pada umumnya tujuan utama Penelitian diskriptif untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.
      Penelitian deskriptif banyak macamnya dari mulai yang sederhana sampai yang kompleks. Berikut ini diuraikan di antaranya: (1) Metode survei, (2) Studi kasus (Case study), (3) Penelitian korelasi (Correlational research), (4) Studi perbandingan (Comparative study), (5) Penelitian deskriptif berkesinambungan (Continuity descriptive research).
      Seperti penelitian pada umunmnya, penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan secara umum terdiri atas langkah-langkah sebagai berik: (1) Mengidentifikasi masalah penelitian, (2) Merumuskan dan membatasi masalah, (3) Melakukan studi pustaka, (4) Merumuskan hipotesis (Apabila diperlukan), (5) Mengembangkan instrumen penelitian, (6) Menentukan subjek penelitian, (7) Melaksanakan penelitian atau mengumpulkan data, (8) Menganalisis data (Menguji hipotesis kalau dianggap perlu), (9) Membahas hasil penelitian dan menarik simpulan, (10) Menyusun laporan dan mempublikasikannya.



VI.            PENUTUP
      Demikian makalah ini penulis susun, semoga dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis demi perbaikan makalah yang akan datang.



                     [1] Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2011), hlm. 447

                    [2]  Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 157
                     [3] Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), hlm. 39
                     [4] Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis Metode dan Prosedur, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2014), hlm. 60-63
                     [5] Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis Metode dan Prosedur,,,,hlm. 66-85
                     [6] Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis Metode dan Prosedur,,,,hlm. 61-65